Suara.com - Tabung aluminium berdiameter 60 mm setinggi 100 mm yang telah penuh dengan batu-batu topaz tanpa warna seberat 2,5 kg itu dimasukkan ke dalam pipa pengarah target ("stringer").
Pipa tersebut berada di teras reaktor nuklir berdaya 15 MW mencuat enam meter di atas kolam reaktor, dalam posisi iradiasi di atas lubang lempeng "nozzle grid".
Dalam beberapa jam (maksimal 10 jam) tabung tersebut dikeluarkan dari pipa di teras reaktor yang sedang beroperasi, menandai iradiasi batu-batu topaz telah selesai.
Batu topaz yang teraktivasi tersebut, kemudian disimpan dalam kolam penyimpanan bahan bakar bekas ("cooling down") sampai meluruh, dan bukan lagi radioaktif (di bawah 70 Bq per gram).
Ini adalah fasilitas iradiasi di Reaktor Serba Guna GA Siwabessy milik Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Banten yang telah bertahun-tahun menerima perlakuan ("treatment") iradiasi untuk bebatuan mulia.
"Batu-batu topaz berwarna putih tanpa warna kurang memiliki nilai ekonomis. Setelah diiradiasi dalam teras reaktor beberapa jam berubah warnanya menjadi biru, jenis warna topaz yang sangat diminati, namun sangat jarang di alam," kata Kepala Bidang Operasi Reaktor Pusat GA Siwabessy Batan Yusi. (Antara)
Batu Mulia Makin Kemilau dengan Radiasi Nuklir
Ririn Indriani Suara.Com
Rabu, 12 Agustus 2015 | 12:56 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Hidup Miskin dan Terlilit Utang, Nasib Pria India Berubah usai Temukan Berlian Berharga Fantastis
31 Juli 2024 | 04:05 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI