AS Selidiki Video Drone Berpistol

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 22 Juli 2015 | 16:10 WIB
AS Selidiki Video Drone Berpistol
Potongan gambar dari video drone berpistol di YouTube (Youtube/Hogwit).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Otoritas penerbangan sipil Amerika Serikat (FAA) sedang menyelidiki sebuah video online, yang menggambarkan bagaimanan sebuah pesawat nirawak bisa menembakan sepucuk pistol secara otomatis berulang-ulang kali.

Penyelidikan itu diumumkan FAA pada Selasa (21/7/2015), setelah video itu diakses lebih dari dua juta kali di sejak diunggah ke YouTube pada 10 Juli kemarin.

"FAA akan menyelidiki pengoperasian sistem pesawat nirawak di sebuah taman di Connecticut, sebelum menentukan apakah ada peraturan penerbangan federal yang dilanggar," kata lembaga itu dalam pernyataan resminya.

FAA, dalam pernyataan yang sama, juga mengatakan akan bekerja sama dengan kepolisian untuk menyelidiki adanya pelanggaran kriminal dalam video itu.

Video berdurasi 14 detik yang berjudul "Flying Gun" atau "senjata terbang" itu menunjukkan sebuah drone berbaling-baling jamak terbang dan menembakkan sebuah pistol sebanyak empat kali.

Drone itu diduga dirakit oleh seorang pemuda 18 tahun bernama Austrin Haughwout, mahasiswa teknik mekanika dari Clinton, Connecticut, AS.

Tudingan itu dibantah oleh ayah Haughwout, Bret Haughwout.

"Sudah bertahun-tahun orang bermain dengan mainan berpengendali jarak jauh (remote control toys/RC toys). Pesawat dalam video itu adalah quadcopter RC. Media-media selalu menggunakan istilah yang salah untuk menakuti-nakuti orang lain," kata Bret.

Ia mengatakan FAA belum menghubungi dia maupun puteranya.

"Saya tak paham mengapa orang heboh. Ini bukan barang baru. Putera saya adalah mahasiswa teknik. Dia merancang banyak benda," beber Bret.

Video itu sendiri memantik perdebatan tentang pentingnya peraturan pengoperasian drone oleh masyarakat sipil di AS. Pihak industri mengatakan aturan yang ketat tentang drone akan membuat AS ketinggalan dalam pengembangan teknologi itu, tetapi pemerintah khawatir drone bisa dimanfaatkan oleh orang jahat untuk mengancam keamanan domestik. (Aljazeera)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI