Menristek Berharap Reaktor Nuklir Mini Selesai Sesuai Jadwal

Kamis, 02 Juli 2015 | 10:30 WIB
Menristek Berharap Reaktor Nuklir Mini Selesai Sesuai Jadwal
Ilustrasi reaktor nuklir. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir berharap pembangunan Reaktor Daya Eksperimental yang dilakukan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, selesai sesuai jadwal.

"Kami, (Kementerian) Ristek, punya kewajiban menciptakan 'nuclear for humanities', nuklir yang efisien dan aman," kata Menristekdikti di Jakarta, Rabu.

Nasir mengatakan pro dan kontra pengembangan pembangkit tenaga nuklir akan selalu muncul di Indonesia. Namun, Batan sudah memiliki pengalaman mengelola reaktor nuklir sejak tahun 1960-an.

Sejumlah reaktor seperti di Yogyakarta, Serpong, dan Bandung bahkan berada di tengah kota dan tidak menimbulkan masalah karena memang dikelola dengan baik, ujar dia.

"Karena ini untuk edukasi maka (pembangunan reaktor mini di Puspiptek Serpong) harus tetap jalan, butuh waktu paling tidak tujuh tahun untuk membangunnya, tidak bisa satu atau dua tahun saja. Kalau sudah jalan dan ternyata bisa diangkat untuk komersial tentu baik, tapi kami targetnya untuk edukasi dulu," ucap Nasir.

Teknologi nuklir Indonesia, ia mengatakan tidak boleh tertinggal dengan negara lain. Kebutuhan energi di masa depan akan semakin meningkat, dan energi listrik dari nuklir hingga saat ini terhitung murah dibanding yang lain.

"Malaysia sudah mau membangun PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir--red) di Kalimantan bagian utara. Bahkan Uni Emirat Arab yang punya minyak banyak menargetkan empat reaktor nuklir, masing-masing 1.400 megawatt, selesai di 2020," tutur dia.

Sebelumnya, anggata Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldi Dalima sempat meminta Batan mengkaji ulang pembangunan Reaktor Daya Eksperimen yang menghabiskan dana sekitar Rp1,6 triliun tersebut, mengingat RDE berdaya 10 megawatt yang dapat memproduksi listrik, hidrogen, dan mencairkan batu bara tersebut belum memiliki contoh riil di negara lain.

Menurut dia, butuh riset atau pengujian yang panjang dengan membuat desain RDE skala kecil sebelum upaya pengembangan energi nuklir dilakukan. Tanpa pengujian secara matang risikonya bisa kebocoran dan meledak.

Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan jangka waktu pembangunan RDE selama lima tahun. Bahkan seperti telah diamanatkan dalam Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005--2025, Indonesia harus sudah memiliki PLTN pada 2019. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI