Mengapa Lelaki Luput dari Seleksi Alam? Ini Kata Sains

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 19 Mei 2015 | 06:47 WIB
Mengapa Lelaki Luput dari Seleksi Alam? Ini Kata Sains
Ilustrasi pasangan lelaki dan perempuan (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jantan dan betina. Lelaki dan perempuan. Dua jenis kelamin pada sebagian besar spesies di dunia, bagi banyak orang adalah takdir yang tak perlu diributkan alasan keberadaannya. Tetapi bagi ilmuwan, tidak segampang itu.

Dalam sebuah artikel di jurnal Nature, yang terbit Senin (18/5/2015), para peneliti di Inggris mengumumkan bahwa mereka telah menemukan alasan mengapa mahluk berjenis kelamin jantan perlu bertahan di dunia.  

Tepatnya, para peneliti dari University of East Anglia, Inggris mengklaim menemukan alasan mengapa lelaki, yang berkontribusi sangat kecil dalam proses reproduksi, masih luput dari sapuan seleksi alam - sebuah mekanisme yang selama jutaan tahun masyur karena efisiensinya yang tak kenal belas kasihan.

Satu-satunya sumbangan lelaki dalam proses reproduksi seksual adalah sperma. Sementara proses reproduksi aseksual, yang hanya membutuhkan betina, adalah yang paling efisien, karena bisa menghasilkan lebih banyak keturunan dalam waktu singkat.

Tetapi proses ini tidak memerlukan adanya hubungan seksual. Contohnya bisa ditemukan pada amuba yang membelah diri atau cacing pipih yang berfragmentasi.

Jadi, menegaskan pertanyaan ilmiah sebelumnya, mengapa alam perlu mempertahankan jantan proses seleksi ketat selama jutaan tahun?

Seleksi seksual

Penjelasannya, kata Matt Gage, pemimpin penelitian itu, adalah karena pejantan atau lelaki dibutuhkan dalam sebuah proses yang disebut "seleksi seksual". Proses ini penting agar satu spesies lebih imun terhadap penyakit dan terhindar dari kepunahan.

Seleksi seksual, jelas Gage, adalah persaingan antara pejantan untuk memperebutkan betina, yang akan menjadi pasangan seksualnya. Persaingan ini bisa memperkaya lungkang genetik (gen pool) dan menyehatkan populasi.

Ketika seleksi seksual absen - saat tak ada seks dan tak perlu lagi persaingan untuk berhubungan seks - maka  populasi sebuah spesies akan melemah secara genetik dan rapuh di hadapan sapuan seleksi alam.

"Persaingan para pejantan untuk bereproduksi bermanfaat penting, karena meningkatkan kesehatan genetik dari populasi," kata Gage.

"Seleksi seksual berfungsi seperti filter, yang menyaring mutasi genetik negatif, membantu populasi berkembang dan menghindari kepunahan dalam jangka panjang," imbuh dia.

Belajar dari persaingan kutu beras

Hampir semua spesies bersel jamak bereproduksi melalui hubungan seksual. Tetapi dari sudut pandang biologi perilaku ini sukar diterima akal, karena hubungan seksual lebih banyak mudharatnya. Salah satunya adalah karena hanya setengah keturunan yang dihasilkan - yakni betina - yang bisa membuahkan keturunan.

"Jadi untuk apa spesies-spesies itu membuang-buang tenaga untuk melahirkan keturunan berjenis kelamin jantan?" kata Gage.

Dalam studinya Gage dkk meneliti kutu beras (Tribolum confusum) selama 10 tahun di dalam sebuah laboratorium. Serangga-serangga itu dikelompokkan dalam beberapa kelompok populasi yang berbeda dari sudut seleksi seksual.

Tingkat seleksi seksual diukur dari tingkat persaingan. Mulai dari 90 kutu jantan bersaing memperebutkan 10 betina hingga kelompok yang hanya terdiri dari sepasang kutu (satu betina yang tak punya pilihan pejantan lain dan sebaliknya sang pejantan tak perlu bersaing untuk mendapatkan kutu betina itu).

Setelah tujuh tahun proses reproduksi, yang melahirkan 50 generasi, para ilmuwan menemukan bahwa populasi kutu yang berkembang dalam lingkungan dengan tingkat seleksi seksual tinggi lebih kuat dan bertahan terhadap kepunahan

Di sisi lain, populasi kutu yang berkembang dalam lingkungan persaingan seksual lebih rendah terbukti lebih lemah, mudah terserang penyakit, dan sudah punah memasuki generasi kesepuluh. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI