Suara.com - Pada 2014, tercatat hampir sekitar 20 juta program jahat atau malware dan aplikasi berisiko tinggi menyerang perangkat mobile, demikian kata Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) Rudi Lumanto.
Wakil Direktur Virtus Toto A Atmojo mengatakan, banyaknya aplikasi gratis yang tersedia diiringi dengan meningkatnya pengguna ponsel, membuat ancaman malware dan virus kian meningkat karena aplikasi gratis kurang bisa dikendalikan.
Toto menambahkan, sebagian besar malware mobile menyasar sistem operasi Android. "Android menjadi sistem yang paling banyak terserang karena platformnya yang terbuka dan penggunanya banyak jadi kurang bisa dikontrol," kata dia.
Toto menyarankan para pengguna ponsel untuk waspada dengan tidak mudah terpancing menginstal aplikasi.
"Faktor manusia sebenarnya adalah kelemahan paling besar dalam menghadapi malware, jadi usahakan jangan asal klik. Pertahanan paling murah dan mudah ya itu. Selain itu juga pasang produk antivirus di ponsel," kata dia.
Dia menyarankan, produk antivirus yang dipasang adalah yang memiliki kemampuan mendeteksi virus baru dan tidak memberatkan perangkat.
"Pilih antivirus yang memang dikeluarkan oleh vendor yang biasa bergerak di bidang security, antivirus yang bayar belum tentu bagus, bisa saja yang gratis itu malah lebih baik. Antivirus itu selalu dinamis, kadang bagus kadang tidak," kata Rudi. (Antara)