Tambang Urban yang Terabaikan: 41,8 Juta Ton Sampah Elektronik

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 20 April 2015 | 17:05 WIB
Tambang Urban yang Terabaikan: 41,8 Juta Ton Sampah Elektronik
Ilustrasi sampah elektronik (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Alat-alat dapur elektronik, mesin cuci, mesin cuci piring, dan microwaves berkontribusi paling besar dalam 41,8 juta ton sampah elektronik dunia pada 2014, demikian hasil temun peneliti dari Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sekitar 60 persen sampah elektronik adalah perkakas rumah tangga dan hanya sekitar 7 persennya berupa komputer, telepon seluler, dan printer. Temuan para peneliti itu juga menunjukkan hanya 16 persen dari sampah-sampah berharga itu yang didaur ulang.

"Di seluruh dunia, sampah elektronik adalah tambang urban yang sangat bernilai, mengandung sumber-sumber material yang bisa didaur ulang," kata David Malone, rektor Universitas PBB.

Dari 41,8 juta ton sampah elektronik itu diperkirakan ada 16.000 kiloton besi, 1.900 kiloton tembaga, 300 ton emas, dan ratusan ton logam berharga lainnya. Diperkirakan sampah-sampah itu bisa menghasilkan uang sekitar 52 miliar dolar AS atau sekitar Rp671,2 triliun.

Laporan itu juga mengungkapkan bahwa AS adalah negara penghasil sampah terbanyak di dunia, dengan 7.071 kiloton selama 2014. Cina berada di urutan kedua dengan 6.032 kiloton, dan Jepang di tempat ketiga (2.200 kiloton).

Adapun Eropa adalah kawasan penghasil sampah elektronik terbanyak di dunia. Di Norwegia satu orang menghasilkan 28,4 kg sampah elektronik per tahun. Sementara di Afrika sampah elektronik yang dihasilkan satu orang tak lebih berat dari 1,7 kg.

Laporan itu menyebutkan bahwa tingginya jumlah sampah elektronik karena banyak produk elektronik dewasa ini tidak tahan lama, seperti produk-produk elektronik lawas. (BBC)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI