Hina Mendiang Lee Kuan Yew di YouTube, Remaja Singapura Diadili

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 31 Maret 2015 | 20:11 WIB
Hina Mendiang Lee Kuan Yew di YouTube, Remaja Singapura Diadili
Upacara pemakaman Mantan PM Singapura, Lee Kuan Yew di Singapura, Minggu (29/3).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang remaja di Singapura didakwa melakukan penghinaan dan pelecehan terhadap agama tertentu setelah ia mengunggah sebuah video di YouTube berisi penghinaan atas Lee Kuan Yew, pendiri negara Singapura yang baru saja dimakamkan pada akhir pekan kemarin.

Pihak berwenang Singapura, pada Selasa (31/3/2015), mengatakan bahwa remaja bernama Amos Yee itu didakwa menggunakan pasal Perlindungan Atas Pelecehan.

Remaja berusia 16 tahun itu diketahui telah mengunggah sebuah video berdurasi delapan menit ke YouTube dengan judul "Lee Kuan Yew finally dead", yang jika diterjemahkan bebas berarti "Lee Kuan Yew akhirnya mati".

"Lee Kuan Yew adalah orang yang mengerikan...semua orang takut, semua orang khawatir jika mengatakan hal itu mereka akan mendapatkan masalah," kata Yee dalam video yang kini sudah dihapus, tetapi sempat diakses ratusan ribu kali.

Dalam video itu Yee juga menyamakan mendiang Lee dengan Yesus dan karenanya dia juga didakwa dengan undang-undang pelecehan terhadap agama. Ia diancam hukuman penjara tiga tahun dan denda hingga 5.000 dolar Singpura atau sekitar Rp47,5 juta.

"Polisi mengambil langkah tegas terhadap tindakan yang mengancam kehidupan beragama di Singapura," kata Deputi Komisaris Polisi bidang Investigas dan Intelijen Singapura, Tan Chye Hee, dalam pernyataan resminya.

Adapun Yee tampil di pengadilan pada Selasa ditemani oleh kedua orang tuanya. Di luar gedung pengadilan ayah Yee mengatakan ingin meminta maaf kepada Perdana Menteri Lee Hsien Loong, putera mendiang Lee.

Yee yang ditahan pada Minggu kini sudah dibebaskan. Ia dilepaskan dengan jaminan sebesar 20.000 dolar Singapura (sekitar Rp190,2 juta). Ia akan diadili pada 17 April mendatang. (Reuters/ABC)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI