5 Penelitian Paling Gila yang Pernah Dilakukan Manusia

Ruben Setiawan Suara.Com
Selasa, 10 Maret 2015 | 06:20 WIB
5 Penelitian Paling Gila yang Pernah Dilakukan Manusia
Ilustrasi ilmuwan perempuan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejak dahulu kala, manusia selalu mencari cara untuk membuat hidup mereka menjadi lebih baik, juga untuk mendalami pemahaman atas dunia yang mereka diami. Salah satunya adalah dengan melakukan berbagai macam penelitian ilmiah.

Kemajuan dalam bidang pengobatan, pertanian, energi, transportasi, komunikasi dan lain sebagainya mengubah bumi ini, meningkatkan kualitas hidup manusia. Keinginan manusia untuk mendapat kehidupan yang lebih baik memaksa untuk berpikir kreatif, malah kadang kelewat kreatif.

Alhasil, banyak penelitian yang cenderung hanya menghabis-habiskan uang tanpa faedah yang jelas. Berikut ini adalah beberapa penelitian berbiaya selangit yang pernah dilakukan, namun tanpa memberikan manfaat berarti, bahkan hanya menyakiti objek penelitian seperti hewan-hewan tak berdosa.

Tikus lebih suka musik jazz ketika berada dalam pengaruh kokain

Orang yang berada di bawah pengaruh narkotika dan obat-obatan terlarang cenderung bertindak di bawah kesadaran. Namun, bagi sekelompok peneliti ini, pengetahuan sebatas itu saja tak cukup.

Oleh karena itu, mereka memutuskan melakukan sebuah penelitian tentang pengaruh kokain terhadap selera musik. Namun, anehnya, yang menjadi objek penelitian bukanlah manusia, melainkan seekor tikus.

Dalam penelitian berbiaya besar yang digelar tahun 2011 itu, para ilmuwan memperdengarkan dua jenis musik kepada sejumlah tikus, yakni lagu Fur Elise karya Beethoven dan lagu Four, karya musisi jazz Miles Davis. Setelah itu, para ilmuwan menyuntikkan kokain ke dalam tubuh tikus lalu kembali memperdengarkan musik yang sama.

Sebelum disuntik kokain, para tikus cenderung menyukai Beethoven. Namun, orientasi mereka berubah ketika berada dalam pengaruh kokain. Tikus-tikus itu jadi lebih terhanyut oleh musik jazz Miles Davis.

Lalat buah jantan lebih suka pada lalat buah betina yang lebih muda

Para peneliti menghabiskan hampir satu juta Dolar atau belasan miliar Rupiah untuk menyelidiki hubungan antara hewan jantan dan betina dalam satu spesies. Objek penelitian mereka adalah lalat buah.

Hasilnya, peneliti menemukan kenyataan bahwa lalat buah jantan lebih tertarik pada lalat buah betina yang lebih muda usianya. Penyebabnya, tak lain adalah hormon tubuh yang membedakan lalat betina muda dengan lalat betina yang lebih tua.

Dengan adanya hormon tersebut, dalam ruangan gelap, lalat-lalat jantan pun dapat membedakan mana lalat betina yang tua, mana yang lebih muda.

Terapi pijat untuk kelinci Selandia Baru

Pusat Nasional untuk Pengobatan Alternatif Selandia Baru menghabiskan waktu dua tahun dan dana sebesar 387 ribu Dolar atau sekitar Rp5 miliar untuk menjalankan serangkaian eksperimen untuk mengetahui pengaruh terapi pijat ala Swedia terhadap kelinci putih Selandia Baru.

Mereka ingin mengetahui bagaimana pijat bisa membantu menyembuhkan kelinci dari cedera. Untuk kepentingan penelitian tersebut, para peneliti membuat perangkat mekanis yang mensimulasikan gerakan pijat dengan tangan.

Studi kebiasaan judi pada monyet

Lebih dari 171.000 Dolar atau sekitar Rp2,2 miliar dihabiskan oleh sekelompok peneliti di University of Rochester untuk meneliti kebiasaan berjudi para monyet.

Mereka ingin memahami lebih dalam soal kehendak bebas manusia dan mencari tahu terapi terbaik untuk menangani kecanduan judi pada manusia. Hasilnya, diketahui bahwa "monyet suka sekali berjudi".

Tujuan lain dari studi ini adalah untuk mengetahui apakah monyet memiliki kepercayaan terhadap peruntungan baik. Hasilnya, kepercayaan semacam itu tidak ditemukan kecuali hanya dalam otak manusia.

Mengekstraksi vanila dari kotoran sapi

Mayu Yamamoto, seorang peneliti asal Jepang, tahu benar caranya membuat penelitian aneh. Ia berupaya keras mencari cara mengekstraksi vanillin dari kotoran sapi.

Hewan memamah biak seperti sapi memakan rumput dan menghasilkan kotoran yang mengandung lignin, senyawa kimia yang bisa dipakai untuk memproduksi vanila. Lignin banyak ditemukan di tanaman dan pepohonan.

Membuat vanillin dari vanila menelan biaya dua kali lebih mahal ketimbang membuat vanillin dari kotoran sapi. Selain itu, cara ini dinilai cukup menguntungkan bagi lingkungan. Pasalnya, kotoran sapi bisa diolah menjadi produk lain selain pupuk.

Betapapun canggihnya metode yang dipakai Yamamoto, banyak orang yang enggan menggunakan produk vanila dari ekstrak kotoran sapi. Penyebabnya, apalagi jika bukan karena orang sudah tahu dari bahan apa vanila itu berasal.

Tapi, ada juga yang tak ragu menggunakan vanila buatan Yamamoto. Adalah sebuah toko es krim di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat yang mempertaruhkan reputasinya dengan berani mempergunakan produk si ilmuwan Jepang. Mereka menamakannya Yum-A-Moto Vanilla Twist.

BERITA MENARIK LAINNYA: 

Ibunda Benarkan Video Bugil Chelsea Islan

Bocah yang Tertembak Senjata Tentara Ternyata Sakit Kanker Tulang

7 Foto Meme Kocak #SaveHajiLulung

Perlakuan Keji di Lokasi Jatuhnya MH17 Terekam Kamera

Ditinggal 'Umrah' Darius, Donna Agnesia Kesepian

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI