Suara.com - Sebuah fosil tulang rahang lengkap dengan lima gigi yang masih menempel, yang ditemukan di sebuah gurun Ethiopia, belakangan diyakini berusia 2,8 juta tahun. Ini berarti bahwa keberadaan nenek moyang manusia bisa jadi lebih awal sekitar setengah juta tahun dari yang selama ini diketahui.
Sebagaimana keterangan dari para peneliti, Rabu (4/3/2015), fosil tersebut merepresentasikan tanda-tanda tertua dari genus Homo. Fosil ini juga tampaknya muncul dari spesies yang belum dikenal selama ini dalam fase-fase awal garis sejarah manusia.
Diketahui, spesies manusia yang disebut dengan Homo sapiens, muncul sekitar 200 ribu tahun lalu, mengikuti prosesi spesies lainnya dari genus yang sama. Sejauh ini, peninggalan tertua dari genus Homo diketahui berumur 2,3 hingga 2,4 juta tahun, yakni berasal dari spesies Homo habilis.
"Meskipun ini mungkin saja dari spesies baru, kami masih menunggu material lainnya sebelum secara definitif memberinya nama spesies baru," ungkap antropolog dari University of Nevada, Las Vegas, Brian Villmoare, yang membantu mempublikasikan riset itu di jurnal Science.
Fosil rahang itu sendiri ditemukan pada tahun 2013 lalu, tepatnya di kawasan Afar sebelah timur laut Ethiopia. Jaraknya hanya sekitar 64 km dari lokasi penemuan "Lucy", salah satu fosil terkenal yang disebut sebagai "moyang manusia" yang ditemukan pada tahun 1974. Spesies "Lucy" sendiri yakni Australopithecus afarensis, dalam garis sejarahnya diketahui berada tepat sebelum genus Homo.
Anatomi fosil baru yang berupa sisi kiri dari rahang bawah ini sendiri, mengindikasikan kedekatannya dengan spesies Homo. Hal itu terbukti dari ciri-ciri seperti bentuk gigi, serta proporsi rahang yang membedakan antara spesies-spesies Homo dengan Australopithecus yang lebih mirip kera. Namun tipe bagian dagunya malah mengingatkan pada "Lucy".
"Pada (usia) 2,8 juta tahun lalu, ini menempatkan evolusi dari genus kita (Homo) mendekati 3 juta tahun lalu, saat di mana spesies Lucy terakhir kali ditemukan," tutur Villmoare pula.
Genus Homo, khususnya sesudah era 2 juta tahun lalu, diketahui memiliki otak lebih besar, sudah mampu menggunakan alat, serta sudah mulai makan daging.
Menurut ilmuwan geoscience dari Penn State University, Erin DiMaggio, kawasan di mana pemilik fosil rahang ini hidup kemungkinan hanya memiliki beberapa pepohonan, meskipun berada di dekat sumber air, sebagaimana kawasan Serengeti Plains di Tanzania. Di situ juga diyakini hidup hewan-hewan seperti kuda nil dan buaya.
"Jika (genus) Homo telah memakan daging, maka mungkin saja mereka memakan hewan-hewan itu. Tapi kita belum tahu banyak soal itu," ungkap Kaye Reed pula, salah seorang antropolog dari Arizona State University.
"Itu adalah tempat yang berbahaya. Macan-macan bertaring panjang (saber-tooth), hyena, juga karnivora besar lainnya, mungkin saja juga memangsa Homo ini," sambung Reed.
Sebuah studi terpisah di jurnal Nature, memberikan analisis baru tentang rahang bawah Homo habilis dari era 1,8 juta tahun lalu. Analisis itu mengindikasikan bentuk yang masih primitif, serta agak mirip dengan fosil tulang rahang berusia jauh lebih tua yang baru ditemukan ini. [Reuters]