Tampilkan Adegan Sadis, Game Ini Dikritik Keras

Ruben Setiawan Suara.Com
Kamis, 29 Januari 2015 | 17:15 WIB
Tampilkan Adegan Sadis, Game Ini Dikritik Keras
Salah satu adegan game
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah game baru yang mensimulasikan aksi pembantaian massal memicu kontroversi. Game tersebut menuai kritik lantaran menampilkan adegan kekerasan.

"Hatred", demikian nama game tersebut. Game tersebut diperuntukkan hanya bagi orang dewasa. Mereka yang memainkan game ini diharuskan memainkan karakter pembunuh untuk menghabisi nyawa orang sebanyak-banyaknya. Tak mengherankan, game ini dikritik keras.

Parahnya lagi, karakter pembunuh dalam game tersebut digambarkan sebagai sosok tinggi besar yang memakai jubah serba hitam. Jika diamati, lansiran News.com.au, jubah karakter tersebut tak berbeda jauh dengan pakaian yang dikenakan oleh pelaku pembantaian di Sekolah Columbine, sebuah peristiwa tragis pada 20 April 1999 silam yang menewaskan 12 siswa dan seorang guru.

Kehadiran game tersebut kian membuat geger setelah pihak pengembang game merilis sebuah trailer pendek berisi adegan kekerasan mengerikan dalam game tersebut. Dalam trailer itu, si karakter utama menyusuri jalanan kota sambil menembaki warga sipil tak berdosa. Tak jarang, si karakter menghabisi mereka dengan cara yang sadis.

Dalam kilas adegan di bagian awal video, si karakter terdengar mengucapkan kebenciannya terhadap dunia.

"Aku sangat membenci dunia ini dan manusia yang makan dari sisa-sisa," ujar si karakter.

"Seluruh hidupku dingin, dipenuhi kebencian, dan saya selalu ingin mati dengan cara yang kejam. Inilah waktunya membalas dendam dan tidak ada kehidupan yang pantas diselamatkan - dan aku akan membunuh sebanyak mungkin yang aku mampu," katanya lagi.

Game tersebut awalnya dijual di situs penjual game Steam, tetapi pihak pengelola sempat menghapusnya lantaran dianggap terlalu kasar. Namun, kini game kontroversial buatan Destructive Creations itu kembali dijual di situs tersebut.

Pemiliki perusahaan pengembang, Przemyslaw Szczepaniak, mengatakan, hal itu merupakan kemenangan kreativitas atau kebebasan berbicara. (News.com.au)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI