Hormati Polisi Muslim yang Tewas, Netizen Pakai #JeSuisAhmed

Ruben Setiawan Suara.Com
Jum'at, 09 Januari 2015 | 15:01 WIB
Hormati Polisi Muslim yang Tewas, Netizen Pakai #JeSuisAhmed
Teroris bersenjata menembak petugas polisi Ahmed Merabet yang beragama Islam dalam serangan di kantor majalah Charlie Hobde di Paris, Prancis, Rabu (7/1/2015). [Screenshot YouTube]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ribuan orang memberikan penghormatan terakhir bagi polisi bernama Ahmed Merabet, yang menjadi salah satu korban dalam aksi penembakan di kantor majalah Charlie Hebdo, hari Rabu (7/1/2014).

Para pengguna media sosial menggunakan tagar #JeSuisAhmed untuk menyampaikan ucapan belasungkawa, atau sekedar memuji keberanian Ahmed menghadapi para penyerang bersenjata yang membantai dirinya dan belasan jurnalis media satir asal Paris, Prancis itu.

Tagar #JeSuisAhmed atau yang berarti "Aku adalah Ahmed" muncul menyusul ramainya penggunaan ungkapan Je Suis Charlie (Aku adalah Charlie) oleh para demonstran yang mengecam aksi penembakan di kantor Charlie Hebdo.

Dalam peristiwa itu, Ahmed tewas oleh peluru senapan seorang penyerang. Dalam video yang berisi rekaman kejadian, Ahmed terlihat terbaring di trotoar dan mengangkat tangan seakan meminta agar tidak ditembak.

Dengan tagar #JeSuisAhmed pula, para pengguna media sosial menyindir majalah Charlie Hebdo, yang membuat kartun yang dinilai menghina suatu agama. Salah satunya adalah akun Twitter Dyab Abou Jahjah. Ia mengatakan, Ahmed tewas karena membela sebuah majalah yang menghina agamanya.

"Saya bukanlah Charlie, saya adalah Ahmed si polisi yang tewas. Charlie mempermainkan kepercayaan dan kebudayaan saya dan saya gugur karena membela hak-haknya (Charlie) untuk melakukannya #JesuisAhmed," kicau Dyab Abou Jahjah.

"#JeSuisAhmed Pahlawan Sejati, melindungi majalah yang melecehkan agamanya," sahut akun @faaran.

Tagar itu pun sempat menjadi trending topic di Prancis setelah ribuan orang menggunakannya untuk menyatakan solidaritas, sekaligus pujian atas pengorbanannya dalam membela kebebasan berpendapat.

Ahmed Merabet berasal dari Livry-Gargan, sebuah daerah di Paris bagian Timur Laut. Dirinya sudah bertugas di kepolisian selama delapan tahun.

Duka masih menyelimuti rekan-rekan Ahmed di unit kepolisiannya. Mereka tersentak setelah melihat rekaman yang memperlihatkan rekannya ditembak dengan keji.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI