Video Game Seharusnya Masuk dalam Olimpiade

Liberty Jemadu Suara.Com
Minggu, 28 Desember 2014 | 06:02 WIB
Video Game Seharusnya Masuk dalam Olimpiade
Ilustrasi video game (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Adu tangkas video game, yang dikenal dengan nama e-sport, seharusnya masuk dalam Olimpiade, demikian dikatakan oleh pencipta game termasyur, World of Warcraft (WoW) kepada BBC.

Rob Pardo, yang hingga Juli kemarin masih menjabat sebagai pemimpin kreatif di Blizzard Entertainment, produsen game WoW, mengatakan kini olahraga punya defenisi yang lebih luas.

"Video games tepatnya adalah sebuah olahraga spektator," kata Pardo.

Ajang e-sport profesional memang selalu menari perhatian jutaan penonton di seluruh dunia. Baru-baru ini putaran final ajang game komputer di Seoul disaksikan oleh 40.000 penonton yang memenuhi stadion. Sementara penonton yang menyaksikan secara online, bahkan lebih banyak lagi.

Menurut Pardo, ada banyak alasan untuk memasukkan video game dalam Olimpiade.

"Anda bisa melihat para pemain game profesional, gerak refleks mereka sangat ceat dan mereka harus membuat keputusan yang sangat cepat saat sedang bermain," jelas dia.

Meski demikian ia mengakui, bahwa video game menghadapi perang kultural dengan olahraga-olahraga yang lebih mengandalkan fisik.

"Jika Anda mengartikan olahraga sebagai sesuatu yang butuh banyak olah fisik, maka akan sukar berdebat tentang haruskah video game masuk dalam olahraga. Tetapi jika Anda melihat olahraga-olahraga dalam Olimpiade, saya akan mempertanyakan defenisi itu," ulas Pardo.

Memasukkan sebuah cabang olahraga ke dalam Olimpiade sendiri adalah sebuah proses yang rumit dan panjang, terlebih lagi Komite Olimpiade Internasional (IOC) sudah membatasi jumlah cabang dalam ajang empat tahunan itu.

Bahkan jika e-sport diakui sebagai olahraga Olimpiade, tidak berarti ia akan dipentaskan dalam setiap ajang tersebut. Itu hanya akan berarti bahwa e-sport bisa digelar dalam Olimpiade.

Contohnya catur. Pendukung olahraga itu sejak lama mendesak agar catur dimainkan dalam Olimpiade, tetapi IOC selalu menolak karena menganggap catur adalah "olahraga otak" dan karenanya tidak bisa diikutsertakan dalam Olimpiade.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI