Suara.com - Sebagian besar warga Korea Utara tidak pernah tahu mahluk apa yang disebut internet itu. Tetapi negara inilah yang oleh Amerika Serikat disebut sebagai biang keladi pembobolan jaringan komputer Sony Pictures Entertaiment pada 24 November lalu.
Studio film Hollywood milik raksasa teknologi Jepang, Sony, itu bukan satu-satunya korban tentara siber Korut. Korea Selatan, negara yang secara teknis masih berperang dengan Korut itu, dalam beberapa tahun terakhir sudah berkali-kali diretas oleh pasukan siber Pyongyang.
Para pakar mengatakan bahwa pembobolan Sony Pictures adalah serangan siber yang paling merugikan terhadap sebuah perusahaan Amerika Serikat. Akibat peretasan itu banyak dokumen, email, bahkan film yang belum dirilis berhasil dicuri dan disebar di dunia maya.
Membina Ribuan Hacker
Tetapi negara miskin, yang berkali-kali mengalami krisis pangan akut, akibat sanksi ekonomi AS rupanya mencurahkan sumber daya yang besar untuk melatih ribuan peretas menjadi satuan tentara sibernya.
Menurut dinas rahasia Korsel ada sekitar 1000 sampai 3000 hacker profesional yang dibina Korut. Tetapi jumlah yang dibeberkan pada 2010 itu, berdasarkan bocoran dokumen pemerintah Korut pada 2009, mungkin sudah basi.
Tetapi yang mereka yakini dengan pasti adalah Korut melatih para hacker itu di sekolah-sekolah elit. Mereka akan dimanfaatkan untuk melancarkan serangan siber ke Korsel.
Kim Heung Kwang, mantan mata-mata Korsel dan juga pelarian dari Korut, mengatakan bahwa ia sendiri melatih para peretas Korut di sebuah universitas di kota industri Hamhung selama 20 tahun. Para calon peretas itu juga dikirim belajar ke Cina dan Rusia.
Kim, yang membelot ke Korsel pada 2003, mengatakan dia yakin bahwa sejak 2009 jumlah peretas Korut sudah meningkat drastis. Ia mengatakan sebagian tentara siber Korut bermarkas di Cina dan bertugas menyerang musuh-musuh Korut di luar negeri.
Sementara itu menurut Simon Choi, periset senior pada perusahaan anti-virus Korsel, Hauri Inc, mengatakan bahwa para peretas Korut mengasah keterampilan mereka dengan melancarkan sejumlah serangan ke Korsel.
Choi, yang menganalisis berbagai program jahat dari Korut, mengatakan kemampuan peretas Korut terus meningkat dan bahkan mampu membuat program-program jahat terlihat seperti program komputer biasa.
Korsel Jadi Sasaran Empuk
Korsel setidaknya sudah enam kali menuding Korut sebagai pelaku peretasan di berbagai industri setempat sejak 2007. Dalam keenam kasus itu, para peretas selalu mengicar hard drive, melumpuhkan sistem perbankan, atau mengganggu akses ke berbagai website.
Serangan pertama terjadi pada 7 Juli 2009, ketika puluhan website Korsel dan lembaga-lembaga pemerintahan AS dilumpuhkan oleh peretaa.
Metode yang dipakai adalah dengan memantik arus besar lalu lintas internet dari ribuan komputer-komputer zombie, yang sebelumnya sudah dibajak oleh virus tertentu, ke website-website Korsel dan AS itu.
Serangan yang sama juga berlangsung pada 4 Maret 2011. Peretas menyasar sekitar 40 website milik badan pemerintah dan perusahaan swasta di Korsel.
Sebulan kemudian, tepatnya pada 12 April 2011, bank Nonghyup di Korsel yang menjadi korban. Akibat serangan tersebut, bank itu harus menunggu dua pekan agar bisa beroperasi dengan normal dan membuka lagi akses perbankan online serta mesin-mesin ATM.
Sekitar setahun berselang, giliran website surat kabar JoongAng Ilbo, yang diretas. Serangan yang dilancarkan pada 6 Juni 2012 itu membuat tampilan situs surat kabar itu berubah dan data di sistem editorialnya juga rusak.
Salah satu aksi hacker Korut yang paling merugikan terjadi pada 20 Maret 2013. Ketika itu para hacker menyerang sekitar 48.000 komputer dan server, melumpuhkan bank-bank di Korsel selama dua sampai lima hari.
Pemerintah Korsel mengatakan tidak ada data perbankan atau informasi pribadi yang berhasil dicuri, tetapi staf di tiga stasiun televisi Korsel tidak bisa mengakses sistem mereka selama dua hari.
Tiga bulan kemudia, tepat di hari peringatan pecahnya Perang Korea, puluhan website pemerintah dan media di Korsel diserang oleh program jahat dan nyaris lumpuh.
Ancaman di Masa Depan?
Para pakar yakin bahwa Korut kini sedang fokus mengembangkan tentara sibernya karena biayanya yang murah dan tidak butuh waktu lama untuk menciptakan program jahat atau virus komputer. Apalagi serangan siber bisa dilakukan secara diam-diam, tanpa perlu menunjukkan identitas jelas.
Memindahkan perang ke palagan maya juga lebih menguntungkan Korut ketimbang Korsel. Di Korsel hampir semua aktivitas perdagangan dan aspek kehidupan lainnya sudah terhubung dengan internet, sementara di Korut hanya segelintir rakyatnya yang mengenal internet.
"Korut punya sangat sedikit komputer yang terhubung dengan internet, jadi tidak banyak yang bisa diraih jika menyerang mereka. Tetapi Korsel punya infrastruktur TI yang sangat besar dan bisa diserang kapan saja," kata Choi, sambil menambahkan Korsel adalah sasaran empuk buat peretas. (AP)
Membongkar Kecanggihan Pasukan Hacker Korea Utara
Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 24 Desember 2014 | 07:32 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Data 44 Ribu Konsumennya Dibobol Hacker, Ford Berkelit
21 November 2024 | 14:38 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI