Suara.com - Pada awal tahun 1980, tidak ada yang bisa menjawab misteri penyebab kepunahan massal dinosaurus.
Pada akhir dekade 80-an, penemuan kawah raksasa di pesisir Meksiko menuntun komunitas ilmuwan untuk mengadopsi sebuah teori, yakni bahwa di masa lalu sebuah asteroid raksasa menabrak bumi. Akibatnya, Bumi membeku dan memusnahkan kehidupan hewan purba tersebut.
Namun, sebuah bukti baru menunjukkan bahwa sebenarnya ada bencana alam lain yang terjadi di waktu bersamaan. Bencana tersebut adalah serangkaian letusan gunung berapi yang juga bertanggungjawab atas punahnya dinosaurus.
Berdasarkan studi terhadap bukti tersebut, letusan gunung berapi yang terjadi sangatlah besar. Letusan tersebut menyisakan daratan seluas 518.000 kilometer persegi yang kini adalah India dan terkubur di bawah basal vulkanis setebal 2 kilometer.
"Kami saat ini bisa menyatakan dengan yakin bahwa erupsi (letusan) itu terjadi 250.000 tahun sebelum kepunahan, dan berlangsung selama 750.000 tahun," kata ahli geologi asal Princeton, Blair Schoene, ilmuwan yang memimpin penelitian.
Pemahaman itu, menurut Blair, mendukung teori yang menyebut bahwa gunung berapi turut menjadi penyebab kepunahan massal sejumlah spesies. Beberapa upaya untuk memahami insiden yang terjadi 65 juta tahun lalu itu memang sulit. Masih banyak pula keraguan soal bagaimana aktivitas gunung berapi bisa memicu terjadinya kondisi yang tidak bersahabat bagi spesies purba tersebut.
Gunung berapi bisa mengeluarkan karbon dioksida, yang bisa memicu pemanasan global. Namun, di sisi lain, gunung berapi bisa pula mengeluarkan sulfur oksida yang bisa menyebabkan terjadinya pendinginan global.
"Apa yang kami tahu sekarang," lanjut Blair, "adalah bahwa kepunahan massal awal disebabkan oleh erupsi gunung berapi".
Meski memberikan bukti yang cukup kuat, tidak semua ahli paleontologi sepakat dengan teori baru tersebut. Salah satunya adalah Brian Huber dari Smithsonian Institution.
Brian menerima teori pengukuran usia erupsi dengan menggunakan teknik uranium dan timbal. Namun, Brian menilai, teori tabrakan asteroid lebih kuat. (News.com.au)