Korut Bisa 'Hancurkan' Korsel Lewat "Cyber Attack"

Doddy Rosadi Suara.Com
Selasa, 02 Desember 2014 | 18:52 WIB
Korut Bisa 'Hancurkan' Korsel Lewat "Cyber Attack"
Ilustrasi: Hacker. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) mengeluarkan peringatan kepada pengusaha di Amerika tentang peretas yang tidak dikenal telah meluncurkan serangan siber yang bisa menghapus semua data dan juga memutus jaringan.

Peringatan itu muncul seminggu setelah peretas membobol sistem komputer Sony Picturs. Sebuah laporan menyebut, serangan itu berasal dari Korea Utara terkait dengan akan dirilisnya film The Interview.

The Interview adalah sebuah film komedi tentang dua jurnalis yang disewa oleh CIA untuk membunuh pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Rencananya, film itu akan dirilis pada bulan ini. Film itu membuat Korea Utara ‘tersinggung.’

Pemerintah Korea Utara sudah mengajukan keberatan terkait film itu kepada Perserikatan Bangsa-bagsa. Mereka menilai film itu sebagai bentuk perang. Kini, telunjuk mengarah kepada Koea Utara ketika Sony Pictures yang memproduksi film itu diserang oleh peretas. Akibatnya, sejumlah film yang belum dirilis bocor di dunia maya.

Sejumlah analis keamanan mengatakan, Korea Utara tahu bagaimana cara melakukan serangan siber. Hal itu diamini oleh menantu dari mantan PM Korea Utara, Kang Myong Do.

“Bahkan ketika AS memantau kemampuan Korea Utara dalam meretas, mereka tetap bisa melakukannya. Menurut saya, kemampuan Korea Utara dalam meretas adalah yang terbaik di dinia,” kata Kang yang lari dari Korea Utara.

Berdasarkan sejumlah laporan di Korea Selatan, Korea Utara mempunyai pasukan perang siber yang beranggotakan ribuan orang berbakat. Jumlahnya antara 3 ribu hingga 6 ribu orang. Apabila terjadi perang di Semenanjung Korea, maka serangan siber inilah yang harus menjadi perhatian Korea Selatan. Karena, Korea Utara bisa menghancurkan negara tetangganya itu tanpa melakukan serangan bersenjata tetapi melalui serangan siber. (AFP/CNA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI