Ahli Arkeologi Kesulitan Kenali Identitas Dewa Ini

Ruben Setiawan Suara.Com
Rabu, 26 November 2014 | 14:21 WIB
Ahli Arkeologi Kesulitan Kenali Identitas Dewa Ini
Pahatan bergambar dewa yang misterius identitasnya. (Newser/Forschungsstelle Asia Minor)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sejumlah arkeolog menemukan sebuah pahatan kuno yang diduga sebagai sosok dewa Romawi. Namun, hingga kini, belum ada yang bisa menjelaskan siapa sosok dewa berjanggut tersebut.

Pahatan kuno tersebut ditemukan di sebuah kuil Romawi di Turki. Relief yang diperkirakan berusia 2.000 tahun itu berada pada dinding penopang sebuah biara kristen yang dibangun pada Abad Pertengahan.

"Ini jelas sosok dewa, namun saat ini sangat sulit untuk mengenali siapa dia," kata seorang arkeolog yang terlibat dalam proyek ini.

"Ada beberapa elemen yang menyerupai dewa-dewa dari kawasan Timur Dekat, selain itu, ada kemungkinan dia adalah dewa yang sangat kuno sebelum peradaban Romawi," lanjut sang arkeolog.

Kuil tempat ditemukannya pahatan tersebut berdiri di kawasan pegunungan di atas wilayah yang dari masa ke masa, selalu dipadati populasi penduduk. Di wilayah ini pernah tinggal bangsa Persia, Hittite, dan Aramean. Wilayah ini juga merupakan jalur yang menghubungkan Mesopotamia dengan Mediterania pada Zaman Perunggu.

Lebih dari belasan pakar arkeologi mengaku tidak pernah melihat dewa seperti ini sebelumnya. Namun, ada yang menyebutnya sebagai penggambaran dewa kesuburan yang menggabungkan elemen Romawi dan Timur Jauh, yakni dewa di bawah pengaruh dewa Jupiter Dolichenus yang dipuja di abad ke dua dan ketiga Sebelum Masehi (SM).

Sejumlah elemen simbol Mesopotamia seperti roseta dan bulan sabit dinilai mendukung teori tersebut.

"Bagian dasar pahatan sedikit mirip kebudayaan Timur Jauh sementara bagian atasnya agak sedikit klasik," kata pakar kebudayaan klasik, Gregory Woolf.

Menurutnya, percampuran elemen semacam itu sering terjadi. Ia menambahkan, sosok dewa terkadang mengalami perubahan wajah ketika satu kebudayaan menggantikan kebudayaan sebelumnya. (Newser)

REKOMENDASI

TERKINI