Ilmuwan Ciptakan Hantu di Laboratorium

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 10 November 2014 | 16:40 WIB
Ilmuwan Ciptakan Hantu di Laboratorium
Ilustrasi hantu (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ini fenomena yang sering terjadi. Saat sedang sendirian, Anda merasa ada sosok lain di belakang dan kemudian menyimpulkan kehadiran sosok lain itu sebagai hantu. Tetapi dalam sebuah studi terbaru para ilmuwan menunjukkan bahwa fenomena hantu itu hanya sebuah ilusi yang diciptakan oleh otak.

"Sensasi ada orang lain di dekat Anda, padahal saat itu Anda sedang sendiri, disebut 'the feeling of a presensce'. Meski orang tidak melihat adanya sosok, tetapi mereka bisa menyebut lokasi keberadaannya dan biasanya berbalik untuk melihat," kata peneliti yang menerbitkan riset mereka dalam jurnal Current Biology edisi 6 November kemarin.

Dalam studi itu para peneliti menciptakan sebuah robot yang berperan sebagai hantu atau lebih tepatnya bisa memantik ilusi hantu, dengan mengacaukan penginderaan para relawan dalam eksperimen itu.

Robot itu terdiri dari dua bagian dan relawan diminta berdiri di antara kedua bagian tersebut. Para relawan diminta untuk menggunakan headphone atau penutup telingan dan penutup mata.

Cara kerjanya sederhana. Relawan akan memegang sebuah lengan robot dan menggerakannya. Gerakan itu akan memicu gerakan serupa dan serempak pada lengan bagian belakang robot, yang gerakannya meniru gerakan tangan relawan. Gerakan tangan robot itu akan menyentuh tubuh bagian belakang relawan.

"Dalam eksperimen pertama, sekitar 30 persen relawan yang sehat mengaku secara spontan bahwa mereka merasa seperti ada orang lain di belakang mereka, yang menyentuh tubuh mereka," kata Olaf Blanke, neurolog dari Ecole Polytechique Federale de Lausanne, Swiss, yang menggelar eksperimen itu.

Tetapi perasaan itu semakin aneh, bahkan cenderung menyeramkan ketika para peneliti membuat jeda antara gerakan lengan robot di depan dengan yang di belakang.

"Bagi beberapa relawan, perasaan itu sangat kuat sampai-sampai mereka meminta agar eksperimennya dihentikan," jelas Blanke.

Menurut dia para jeda antara gerakan tangan relawan dengan sentuhan yang mereka rasakan di tubuh bagian belakang membuat otak bingung akan sumber sentuhan. Otak menghadapi situasi yang tidak masuk akal: sinyal motirk dan sensoris tidak sesuai.

Hasilnya relawan merasakan pengalaman yang aneh, menyesatkan, seolah-olah tubuh mereka disentuh oleh wujud yang tak tampak yang bersembunyi di belakang mereka.

Eksperimen itu mengungkap keseimbangan antara mekanisme otak menciptakan pengalaman "diri sendiri" dengan "orang lain", dan bahwa gangguan terhadap keseimbangan itu bisa menyebabkan adanya perasaan aneh.

Fenomena "seolah-olah ada wujud lain di belakang" bisa ditemukan di hampir semua kebudayaan di dunia. Para ilmuwan mengatakan bahwa fenomena itu lazim dirasakan oleh mereka yang mengalami kelelahan fisik, seperti pada para pendaki gunung. (Live Science)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI