Suara.com - Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah mengeluarkan ancaman mati kepada sejumlah karyawan Twitter. Ancaman itu dikeluarkan setelah Twitter menutup akun kelompok tersebut.
Karena akun Twitternya ditutup, kelompok militan itu menyatakan bahwa orang-orang di organisasi tersebut layak untuk dibunuh. Media sosial itu menitup sejumlah akun yang diduga terkait dengan kelompok ISIS.
Akun tersebut kerap mengunggah gambar yang ekstrem guna mendukung pergerakan kelompok militan itu.
“Itu semua bertentangan dengan policy kami dan juga aturan hukum di sejumlah negara di mana kami beroperasi. Ketika mereka melakukan itu, kami mencari akun itu dan menutupnya. Penutupan itu kami lakukan secara aktif,” kata Dick Costollo, CEO Twitter.
Kelompok ISIS menggunakan media sosial untuk memperlihatkan aksi kejinya seperti memenggal kepala sandera, penembakan massal dan juga pemerkosaan. Kelompok itu sangat aktif dalam menggunakan Twitter untuk berkomunikasi dan juga menyebarkan pesan mereka ke dunia luar. (IBtimes)