Suara.com - Nama, alamat, nomor telepon, dan email dari sekitar 83 juta bisnis rumahan dan usaha kecil bocor ke publik setelah sistem komputer JPMorgan Chase & Co diretas oleh hacker. Banyaknya jumlah korban, menjadikan peretasan itu sebagai salah satu yang terbesar di dunia.
Bank asal Amerika Serikat itu mengungkap peretasan itu Kamis (2/10/2014) dan mengatakan bahwa tidak ada nomor rekening, password, nama pengguna, data tempat tanggal lahir, atau nomor identitas yang berhasil dicuri dalam aksi tersebut.
Sebagian besar yang terimbas peretasan itu adalah pemilik rekening, bekas pemilik rekening, dan pihak lain yang pernah memasukkan informasi mereka melalui layanan online dan mobile bank tersebut.
Ahli-ahli keamanan internet mewanti-wanti bahwa bocornya informasi-informasi itu bisa memudahkan para kriminal untuk melakukan berbagai macam penipuan.
Para nasabah bank harus waspada akan penipuan, kata Mark Rasch, mantan jaksa bidang kejahatan siber di AS.
"Semua data ini sangat berguna bagi peretas dan para pencuri identitas. Data-data yang dicuri memang tidak sensitif, tetapi sering digunakan untuk memvalidasi identitas seseorang," jelas Rasch.
Sementara itu menurut Tal Klein, wakil presiden perusahaan keamanan siber Adallom, pembajakan itu bisa membuat nasabah khawatir dan tidak percaya akan keamanan bank.
"Para penjahat bisa dengan mudah mencuri identitas dari 83 juta badan usaha dan orang. Ini sangat mengkhawatirkan," kata dia.
Adapun JP Morgan sudah menganjurkan kepada para nasabahnya untuk mengubah password dan informasi rekening mereka. (Reuters)