#ShameOnYouSBY Raib, Muncul #ShamedByYou

Siswanto Suara.Com
Minggu, 28 September 2014 | 10:18 WIB
#ShameOnYouSBY Raib, Muncul #ShamedByYou
#ShameOnYouSBY masih menjadi trending topic. (Twitter)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sempat menjadi trending topic Twitter dunia selama dua hari, tagar #ShameOnYouSBY tiba-tiba raib pada Sabtu (27/9/2014) malam. Tapi, tak lama kemudian muncul  #ShamedByYou.

Tagar #ShamedByYou pun langsung melejit. Pada Minggu (28/9/2014) jam 10.03 WIB menduduki peringkat pertama Twitter untuk zona Indonesia. Ini sama seperti tagar #ShameOnYouSBY sebelumnya dalam waktu relatif singkat berhasil masuk deretan dunia.

Isi diskusi dengan tagar #ShamedByYou di Twitter sama seperti sebelumnya, mengecam manuver partai yang dipimpin SBY, Demokrat, yang tiba-tiba walk out menjelang voting opsi pilkada langsung atau pilkada lewat DPRD dalam sidang paripurna, Jumat (26/9/2014) dini hari.

Pengguna akun Twitter @1000_guru mengungkapkan kekecewaannya atas dihilangkannya pilkada langsung.

"Sungguh, kami bukan lagi generasi penikmat demokrasi langsung seperti kamu" #ShamedByYou pic.twitter.com/HANK0ZAQAR

Pengguna akun bernama Rene Suhardono ?@ReneCC dengan nada pesimistis mengatakan Indonesia sudah tidak akan punya pemimpin-pemimpin muda berjiwa reformasi lagi setelah pilkada dilakukan lewat segelintir anggota DPRD.

"Lupakan bisa dapat pemimpin daerah macam @jokowi_do2 @ridwankamil @BimaAryaS @basuki_btp dll - mereka tidak mungkin lolos #ShamedByYou."

Terkait dengan hilangnya tagar #ShameOnYouSBY, Nu Wexler, Senior Manager Communications Twitter, dalam email kepada suara.com menjelaskan mekanisme penentuan topik yang masuk dalam daftar trending topic di Twitter.

Ia mengatakan Twitter di setiap akhir semester dalam satu tahun selalu membeberkan permintaan-permintaan khusus yang diajukan oleh setiap negara, termasuk Indonesia.

Itu artinya, jika ada permintaan khusus dari pemerintah untuk menghapus tagar #ShameOnYouSBY, baru bisa terlihat indikasinya di akhir 2014. Laporan itu pun tidak akan detil karena Twitter cuma menunjukkan jumlah permintaan dari pemerintah tanpa mengungkap apa isi permintaan itu.

“Kami juga mengungkap permintaan pemerintah untuk menghapus konten tertentu kepada Chilling Effects Clearinghouse,” kata Wexler, mengacu pada sebuah situs pemantau dan penyedia perlindungan hukum bagi aktivitas-aktivitas di media sosial.

REKOMENDASI

TERKINI