Suara.com - Anak-anak yang terlalu lama di depan layar komputer atau telepon seluler pintar dan tidak sering berinteraksi langsung dengan sesamanya, akan sukar membaca emosi wajah orang lain, demikian hasil sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Computers in Human Behavior.
Penelitian para ilmuwan dari UCLA, Amerika Serikat itu menemukan bahwa anak-anak usia 11 sampai 12 tahun (duduk di kelas enam), yang tidak menggunakan ponsel, televisi, atau komputer selama lima hari lebih bisa membaca emosi orang lain ketimbang anak-anak yang sebayanya yang menghabiskan waktu dengan mengakses ponsel dan perangkat elektronik lainnya.
"Banyak orang mencari manfaat dari media digital dalam pendidikan, tetapi tidak terlalu banyak yang mencari kerugiannya," kata Patricia Greenfield, pakar psikologi yang terlibat dalam riset itu.
"Turunnya sensitivitas dalam mengenali ciri emosional, kehilangan kemampuan untuk memahami emosi orang lain, adalah salah satu kerugian dari media digital," imbuh Greenfield.
Dalam penelitian itu, para ilmuwan menggelar eksperimen yang melibatkan 105 anak dari sebuah sekolah negeri di California. Anak-anak itu diketahui rata-rata mengakses perangkat elektronik selama empat setengah jam setiap harinya.
Dalam eksperimen itu anak-anak tadi dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama dibawa mengikuti program perkemahan alam dan sains. Di sana mereka tidak diizinkan menggunakan ponsel pintar, televisi, dan komputer selama lima hari.
Sementara kelompok anak kedua tetap bersekolah. Tidak ada perubahan dalam penggunaan perangkat elektronik mereka.
Sebelum dan sesudah perjalanan ke perkemahan, dua kelompok anak-anak itu menjalani sebuah tes. Mereka diminta untuk menebak ekspresi wajah orang di dalam beberapa foto berbeda. Dalam foto-foto tersebut terdapat gambar orang dengan ekspresi wajah gembira, sedih, marah, atau takut.
Tidak hanya itu, anak-anak juga diminta menonton video-video singkat yang menayangkan beberapa adegan, yang di dalamnya para aktor memeragakan murid-murid yang sedang mengerjakan ujian. Wajah mereka menunjukkan rasa percaya diri dan ada pula yang menunjukkan ekspresi cemas.
Hasilnya, anak-anak yang menghabiskan lima pekan tanpa perangkat elektronik menunjukkan kemampuan lebih baik dalam membaca emosi hanya dari melihat wajah dalam foto dan video.