Suara.com - Pasangan suami istri yang mengisap ganja cenderung kurang berlaku kasar dalam rumah tangga, demikian hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychology of Addictive Behaviours edisi Agustus.
Dalam riset yang melibatkan ratusan pasangan yang sudah menikah selama sembilan tahun ditemukan bahwa kekerasan dalam rumah tangga jarang ditemukan pada keluarga yang baik suami maupun istrinya mengisap ganja.
Meski demikian para peneliti dalam studi itu menegaskan bahwa riset mereka tidak bertujuan untuk menganjurkan penggunaan ganja sebagai alat untuk mengurangi kekerasan dalam rumah tangga.
"Pasangan yang mengonsumsi ganja bersama biasanya punya nilai-nilai dan lingkungan sosial yang sama. Kesamaan ini menjadi faktor yang menyebabkan rendahnya peluang konflik," kata Kenneth Leonard, direktur institut riset kecanduan pada University of Buffalo, Amerika Serikat, yang terlibat dalam penelitian itu.
Studi itu melibatkan 600 pasangan dan memakan waktu hingga sembilan tahun. Mereka diwawancarai lima kali, pada ulang tahun pernikahan pertama, kedua, keempat, ketujuh, dan kesembilan.
Dalam setiap wawancara mereka ditanyai apakah pernah menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Pasangan itu juga ditanyai tentang konsumsi ganja dalam hubungan pernikahan.
Hasilnya ditemukan bahwa pasangan yang mengisap ganja lebih dari sekali sepekan cenderung jarang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Semakin sering menggunakan ganja, semakin jarang terjadi kekerasan dalam rumah tangga.
Adapun efek konsumsi ganja masih menjadi perdebatan dalam dunia medis. Meski mempunya beberapa efek positif, beberapa penelitian menunjukkan ganja bisa merusak otak dan menurunkan kecerdasan manusia. (Live Science)