Rudal Hipersonik AS Meledak Empat Detik Setelah Melucur

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 26 Agustus 2014 | 16:40 WIB
Rudal Hipersonik AS Meledak Empat Detik Setelah Melucur
Ilustrasi rudal (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah senjata hipersonik yang sedang dikembangkan oleh Amerika Serikat meledak hanya empat detik setelah diluncurkan dari pangkalan militer di Alaska pada Senin dini hari (25/8/2014), demikian diumumkan Pentagon.

Senjata itu adalah bagian dari sebuah program untuk menciptakan sebuah rudal yang bisa menghancurkan target mana pun di muka Bumi dalam waktu kurang dari satu jam setelah diluncurkan.

Peluncuran itu sengaja dibatalkan dan rudal diledakkan di tengah jalan untuk menjaga keamanan publik. Departemen Pertahanan AS, Pentagon, mengatakan pembatalan itu dilakukan karena ditemukan masalah dalam sistem persenjataan tersebut.

"Kami harus menghentikannya. Senjata itu meledak saat akan tinggal landas dan jatuh di dalam area pangkalan," kata Maureen Schumann, juru bicara Departemen Pertahanan AS.

Senjata itu diluncurkan dari Kodiak Launch Complex, Alaska, AS sekitar pukul 4 pagi waktu setempat. Menurut Schumman insiden itu menyebabkan kerusakan di dalam fasilitas tersebut.

Pembatalan itu sendiri merupakan kemunduran dari program yang oleh sejumlah analis dinilai sebagai langkah antisipasi AS terhadap pengembangan rudal balistik Korea Utara, Iran, dan Cina. Negara yang disebut terakhir sudah menguji coba sistem senjata hipersoniknya pada Januari lalu.

Riki Ellison, pendiri lembaga nirlaba Missile Defense Advocacy Alliance, mengatakan bahwa kegagalan peluncuran rudal itu tidak akan membuat program tersebut dibatalkan.

"Ini adalah misi yang penting dan teknologi ini menjanjikan," kata dia, sambil menambahkan bahwa pembatalan uji coba itu karena ditemukan masalah pada komputer.

Sementara menurut Anthony Cordesman, analis pertahanan di lembaga studi Center for Strategic and International Studies, teknologi itu cocok digunakan untuk memerangi negara kecil, yang tidak punya sistem rudal canggih.

"AS tidak pernah berpikir untuk menggunakan sistem ini melawan kekuatan besar seperti Cina," kata Cordesman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI