Suara.com - Di masa depan, jika bateri ponsel Anda hampir habis, Anda bisa mengisi ulangnya dengan keringat. Bagaimana caranya?
Baru-baru ini, para ahli tengah mengembangkan sebuah tato temporer kecil yang bisa mengekstraksi muatan elektron dari laktat yang kita hasilkan saat berkeringat. Saat ini, energi yang dihasilkan hanya cukup untuk mengisi ulang sebuah baterai kecil. Namun, tim tersebut tengah mengembangkannya agar bisa dipakai untuk mengisi ulang baterai smartphone dan tablet.
Perangkat itu bekerja dengan cara mengubah kandungan laktat yang ada dalam keringat. Semakin keras aktivitas fisik yang kita lakukan, semakin banyak pula laktat yang dihasilkan.
Laktat adalah hasil sampingan energi yang dihasilkan dalam proses glikolisis. Biasanya, kadar laktat dapat dipakai untuk menguji tingkat kebugaran seseorang dan menentukan program latihan selanjutnya.
Laktat juga bisa dimanfaatkan dokter untuk mendiagnosa penyakit jantung maupun paru-paru pada pasiennya.
Wenzhao Jia, mahasiswi pascadoktoral di laboratorium riset Profesor Joseph Wang di Universitas California San Diego, memasangkan sensor laktat fleksibel pada kertas tato temporer. Sensor tersebut mengandung enzim yang mengekstraksi elektron dari laktat dan mengubahnya menjadi arus listrik lemah.
Tato tersebut dipasang di lengan bagian atas dari 10 relawan penelitian. Mereka lalu menghitung arus listrik yang dihasilkan ketika para relawan melakukan olah raga selama 30 menit.
Dari hasil penelitian, ternyata orang dengan tingkat kebugaran tinggi menghasilkan lebih sedikit energi listrik. Sebaliknya, orang yang tak terlalu bugar, atau katakanlah hanya berolah raga sekali dalam sepekan, justru menghasilkan tenaga listrik yang lebih besar.
Menurut para peneliti, hal itu terjadi karena orang-orang yang kurang bugar menjadi lebih cepat lelah, sehingga proses glikolisis berlangsung lebih awal dan menghasilkan lebih banyak laktat.
Energi listrik yang dihasilkan adalah 70 mikroWatt per sentimeter persegi kulit sementara dalam satu Watt ada 1.000.000 mikroWatt. Itu berarti, energi yang dihasilkan masih jauh terlalu kecil.
Padahal, untuk mengisi ulang sebuah baterai ponsel membutuhkan dua hingga enam Watt. Jadi, bisa dibilang, teknologi ini masih butuh banyak pengembangan.
"Energi listrik yang dihasilkan saat ini masih sangat rendah, namun kami tengah meningkatkannya sehingga pada akhirnya nanti kami bisa menyediakan tenaga untuk mengisi baterai perangkat elektronik," kata Jia. (Dailymail)