Seratus Peneliti AIDS Menumpang Pesawat Nahas MAS MH17

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 18 Juli 2014 | 15:00 WIB
Seratus Peneliti AIDS Menumpang Pesawat Nahas MAS MH17
Gambar pesawat MH17 di Bandara Schipol, Amsterdam, yang diambil penumpangnya Cor Pan, Kamis (17/7/2014). (facebook)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekitar 100 peneliti virus HIV/AIDS diyakini menjadi penumpang pesawat nahas Malaysia Airlines MH17 yang jatuh ditembak di Ukraina, Kamis (17/7/2014). Mereka diyakini bagian dari sekitar 298 orang yang tewas dalam insiden itu.

Para ilmuwan ulung yang terbang menggunakan MH17 merupakan delegasi dari berbagai negara yang akan menghadiri konferensi "AIDS 2014".

Beberapa peserta seminar pemanasan jelang ajang itu mengatakan bahwa, berdasarkan beberapa email, sekitar 100 peserta konferensi itu sudah membeli tiket penerbangan MAS MH17.

Adapun pesawat nahas itu ditembak jatuh di atas wilayah udara Ukraina, dalam penerbangan dari Amsterdam, Belanda ke Kuala Lumpur, Malaysia.

Meski demikian, belum ada penjelasan pasti berapa jumlah ilmuwan yang menumpang pesawat tersebut. Adapun konfrensi Aids 2014 akan dimulai Minggu (20/7/2014) di Melbourne, Australia.

"Ada rasa duka yang mendalam di sini, banyak orang menangis di lorong-lorong," kata Clive Aspin, seorang peneliti HIV veteran yang mengikuti seminar pemanasan konferensi itu di Sydney, Australia.

"Mereka yang menjadi korban adalah yang terbaik dan yang tercerdas, orang-orang yang menghabiskan seluruh kariernya untuk melawan virus mengerikan ini," imbuh Aspin.

Sementara Profesor Richard Boyd, direktur laboratorium imunologi dan sel punca di Monash University, Melbourne, mengatakan dia sangat terpukul atas kehilangan ini.

"Ada sejumlah pemimpin riset HIV ulung dalam pesawat itu. Ini akan berdampak luas secara global karena ketika Anda kehilangan seorang pemimpin di bidang apa pun, akan ada dampaknya. Ilmu pengetahuan mereka tidak tergantikan," ujar Boyd.

"Kita telah kehilangan pemimpin-pemimpin global dan juga sejumlah anak muda yang cerdas. Ini kehilangan yang menggentarkan. Saya ada di sekitar insiden serangan 11 September di New York dan kehilangan ini berada di tingkat yang sama dengan insiden itu," jelas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI