Suara.com - Pernahkan terlintas dalam pikiran Anda untuk tinggal di dalam tempat pembuangan sampah? Mungkin, Anda bisa langsung menjawab,"tidak mungkin".
Tapi apa yang dilakukan seorang profesor sains di Universitas Huston-Tillotson, Texas, Amerika Serikat ini mencoba mengubah cara pandang Anda pada tempat sampah. Jeff Wilson, si profesor, mencoba menyulap sebuah tempat sampah seluas 3 meter persegi menjadi sebuah tempat yang nyaman untuk ditinggali.
Wilson ingin membuktikan bahwa manusia dapat hidup bahagia hanya dengan tempat tinggal minimal namun ramah lingkungan. Untuk mewujudkan upayanya itu, Wilson dibantu oleh para mahasiswa dan sejumlah pakar lingkungan.
"Proyek ini dilakukan untuk menguji, sampai pada batasan tertentu, apakah Anda bisa tetap bahagia dan sehat jika tinggal di tempat yang sangat sempit," kata Wilson dalam film dokumenternya, The Dumpster Project.
Proyek tersebut bermula sejak tiga tahun silam. Saat masa sewa apartemennya habis, profesor itu menjual semua perabotan dengan harga masing-masing 1 dolar saja. Setelah itu, ia menghabiskan tujuh bulan selanjutnya dengan tidur di kantor.
Ia lalu membersihkan sebuah tempat sampah untuk tempat tinggalnya. Dia berencana melengkapinya dengan perabot layaknya rumah mungil. Tak cuma karpet dan mesin cuci, si profesor nyentrik ini juga akan menambah tv dan konsol game Xbox. Ia mengklaim, perabotan rumahnya nantinya akan sangat hemat energi. Menurut dia, energi yang dipakai rumahnya hanya 1 persen dari energi yang dipakai oleh kebanyakan rumah orang Amerika.
Profesor Wilson juga berencana membuat taman mungil di depan rumah tempat sampahnya. Ia akan menanaminya dengan tanaman tomat, dan rempah-rempah lainnya. Memang, hidup di rumah tempat sampah tak selamanya menyenangkan. Tak jarang, Wilson harus memperbaiki atap yang bocor saat hujan turun. Namun, di saat langit cerah, dia bisa membuka tutup boks tempat sampah itu untuk memandangi indahnya langit penuh bintang. Setidaknya, itu yang ada dalam pikiran si profesor.
"Ini adalah eksperimen hidup di tempat sempit dengan hipotesis bahwa seseorang dapat hidup bahagia, tercukupi, dan hidup produktif. Ternyata, ini benar-benar pola hidup yang menyenangkan. Atau, tidak. Kita akan lihat," kata Wilson yang masih menjalankan proyek itu hingga kini. (News.com.au)