Suara.com - Apple, Google, Intel, dan beberapa raksasa teknologi dunia, pada Selasa (3/6/2014), mengakui bahwa produk-produk mereka berkemungkinan besar menggunakan mineral-mineral "berdarah" dari Afrika.
Mineral-mineral seperti tungsten, timah, dan emas memang biasa ditemukan dalam produk elektronik. Ketiga material itu banyak berasal dari Afrika, terutama Kongo tempat banyak kelompok bersenjata berkeliaran dan mengobarkan perang sipil yang disebut-sebut sebagai perang paling berdarah setelah Perang Dunia II.
Akan tetapi karena material-material itu telah melewati sejumlah proses pengolahan (smelter) dan distribusi sebelum akhirnya terpasang di telepon seluler atau komputer, maka sangat sukar untuk melacak asal muasalnya.
Ketiga raksasa teknologi AS itu mengakui penggunaan material bermasalah itu karena sebuah undang-undang di AS mewajibkan setiap perusahaan untuk mengeluarkan laporan terkait penggunaan material konflik.
Meski demikian Apple, Google, dan Intel mengakui tidak mempunyai data cukup untuk memenuhi kewajiban mereka melacak penggunaan mineral konflik itu dalam produk-produk mereka.
Apple misalnya mengatakan bahwa dalam pelacakan sejak 2010, mereka menemukan 80 persen yang smelter yang bekerja sama dengan Apple tidak menggunakan mineral konflik. Tetapi Appel, demikian juga Google dan Intel, juga mengatakan bahwa tidak bisa memastikan apakah pemasok yang lain tidak menggunakan mineral bermasalah itu. (Time.com)