Suara.com - Para ilmuwan tengah mengembangkan sebuah mesin yang diharapkan mampu membaca mimpi manusia. Begitu canggihnya, mesin itu bahkan mampu mengekstraksi gambar yang muncul dalam mimpi itu dan menampilkannya dalam layar.
Selama ini, data dari mesin pemindai otak itu mampu mendeteksi dan merekonstruksi wajah orang yang sedang dipikirkan oleh manusia. Teknologi ini nantinya bisa dipakai untuk mengetahui wajah pelaku kejahatan dari pikiran para saksi.
Dalam penelitian mereka, para ilmuwan mengujicobakan mesin tersebut pada enam orang. Pertama-tama, mereka diminta melihat 300 gambar wajah yang berbeda-beda. Setelah itu, barulah mereka menjalani pemindaian dengan mesin Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Setelah itu, para ahli dapat menganalisis bagaimana otak mereka menanggapi puluhan fitur wajah yang berbeda, termasuk warna rambut, mata, maupun warna kulit. Kemudian, mereka menunjukkan serangkaian gambar wajah yang berbeda kepada para peserta penelitian. Reaksi otak merekas kepada rangkaian gambar ini pun dicatat. Dengan melakukan perbandingan antara respon terhadap rangkaian gambar pertama dan rangkaian gambar kedua, para peneliti dapat merekonstruksi gambar yang sudah mereka lihat.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan teori bahwa semua proses manusia memiliki korelasi syaraf. Selain itu, pikiran dan perasaan adalah semata-mata pola reaksi kimia yang kompleks.
Para ahli syaraf yakin mereka bisa membaca pola reaksi kimia tersebut jika mereka bisa membuat peralatan yang sangat sensitif. Yang kemudian muncul adalah kekhawatiran, apakah kemudian para ahli dapat mengekstraksi informasi rahasia yang bersifat pribadi.
Namun, Alan Cowen, salah satu peneliti di Universitas California yang melakukan uji coba itu, menjamin bahwa teknologi tersebut hanya membaca bagian otak yang aktif. Dengan demikian, mereka tidak bisa membaca ingatan manusia. Memori bisa terbaca jika orang sedang membayangkan sesuatu dalam memori tersebut.
Sementara itu, terkait kemampuan mesin untuk membaca mimpi, Cowen menegaskan bahwa hal itu tidak akan terwujud dalam waktu dekat. Menurut dia, butuh pengamatan cermat dan pengembangan mesin untuk bisa membaca bagian otak yang tidak aktif. (Dailymail)