Studi: Orang di Negara Kaya Lebih Stres Ketimbang Warga Negara Miskin

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 29 April 2014 | 11:51 WIB
Studi: Orang di Negara Kaya Lebih Stres Ketimbang Warga Negara Miskin
Ilustrasi (Foto: shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orang-orang yang tinggal di negara kaya raya, seperti Amerika Serikat, umumnya lebih puas dengan hidupnya ketimbang mereka yang tinggal di negara lebih miskin. Tetapi sebuah studi terbaru menemukan bahwa mereka yang di negara kaya justru lebih sering risau dan marah, ketimbang masyarakat di negara miskin.

"Kehidupan di negara makmur jauh lebih cepat dan ada banyak hal yang harus dikerjakan," kata Louis Tay pakar psikologi dari Purdue University, Amerika Serikat, yang memimpin penelitian itu.

Menurut dia masyarakat di negara kaya punya lebih banyak harapan dan pilihan dibandingkan dengan mereka di negara miskin, sehingga tekanan dalam hidup mereka lebih tinggi dan dengan demikian lebih mudah mengalami stres.

Penelitian itu senada dengan sebuah riset sebelumnya yang menemukan adanya hubungan antara kerisauan dengan banyaknya pilihan dalam hidup. Orang mudah stress karena berusaha untuk menentukan pilihan terbaik dari banyak alternatif.

Dalam studi itu para peneliti mempelajari data pendapatan dari hampir 840.000 orang di 158 negara. Para responden dalam penelitian itu juga diminta untuk menceritakan seberapa puas mereka dalam hidup dan apakah mereka merasakan "kerisauan", "kesedihan" atau "marah" dalam hidup.

Hasilnya para peneliti menemukan bahwa orang yang tinggal di negara kaya cenderung lebih puas dengan kehidupan mereka ketimbang orang dengan penghasilan yang sama tetapi tinggal di negara yang lebih miskin.

Misalnya, orang yang menghasilkan 30.000 dolar per tahun di AS cenderung lebih puas dengan kehidupannya ketimbang orang yang punya penghasilan yang sama di Zimbabwe atau di negeri lainnya yang rata-rata pendapatan negaranya lebih rendah dari AS.

Studi itu diterbitkan dalam jurnal Psychological Science edisi 22 April. (LiveScience)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI