Suara.com - Dalam rangka perayaan Hari Bumi yang jatuh pada 22 April mendatang tiga orang mantan astronot badan antariksa Amerika Serikat (NASA) akan menampilkan sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa sebenarnya Bumi sering ditabrak asteroid dalam satu dekade terakhir.
Tiga astronot yang tergabung dalam yayasan B612 itu akan menunjukkan data dari jaringan peringatan senjata-senjata nuklir, yang menyatakan bahwa asteroid raksasa menghantam Bumi tiga sampai 10 kali lebih sering dari yang selama ini diketahui publik.
Sejauh ini para ilmuwan mengatakan bahwa peluang asteroid menghantam Bumi hanya sekali dalam sepuluh tahun.
"Jaringan ini telah mendeteksi 26 ledakan berskala multi-kiloton sejak 2001, semuanya akibat hantaman asteroid. Itu menunjukkan bahwa ledakan asteroid tidak jarang terjadi," kata Ed Lu, pemimpin yayasan tersebut.
Ledakan dasyat akibat hantam benda langit terakhir diketahui terjadi pada Feberuari 2013 di wilayah Rusia. Ledakan yang dipicu tabrakannya dengan Bumi menghasilkan energi setara dengan 500 kiloton, lebih dasyat dari bom atom di Hiroshima, Jepang, pada akhir Perang Dunia II.
"Semata-mata keberuntunganlah yang menghindarkan manusia dari bencana akbar akibat hantaman asteroid seukuran sebuah kota," ujar Lu.
Meski demikian data itu diragukan oleh sejumlah pihak, karena ledakan ratusan kiloton setiap tahun seharusnya menarik perhatian dunia atau komunitas astronomi dunia. Jika data itu benar, maka setidaknya ledakan akibat asteroid akan terjadi rata-rata dua kali setahun dalam satu dekade terakhir.
Apalagi jika melihat latar belakang Lu dan yayasannya yang sedang berusaha mengumpulkan uang untuk membangn sebuah teleskop bernama Sentinel, yang rencananya untuk memantau pergerakan asteroid. (CNET/Phsy.org)