Tabrakan Asteroid Terbesar Membuat Bumi Berguncang 30 Menit

Ruben Setiawan Suara.Com
Jum'at, 11 April 2014 | 17:51 WIB
Tabrakan Asteroid Terbesar Membuat Bumi Berguncang 30 Menit
Ilustrasi asteroid dan bumi. (freedigitalphotos/manostphoto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekelompok ilmuwan berhasil merekonstruksi salah satu tabrakan asteroid terbesar di muka Bumi. Menurut para ilmuwan, tabrakan tersebut enam kali lebih besar daripada tumbukan asteroid yang diduga memusnahkan dinosaurus.

Asteroid berdiameter 57 kilometer itu diyakini menghantam bumi sekitar 3,26 miliar tahun yang lalu. Tumbukan asteroid tersebut meninggalkan fitur geologi unik di wilayah Afrika Selatan. Fitur geologi tersebut dinamakan sabuk batu hijau Barberton. Tempat sepanjang 100 kilometer dan lebar 60 kilometer itu berada di sebelah timur Kota Johannesburg. Di tempat ini bertebaran beragam jenis bebatuan tertua di muka Bumi.

Menurut para peneliti, tumbukan tersebut membuat laut mendidih, atmosfer memanas, dan Bumi bergetar selama 30 menit. Tumbukkan itu menyisakan kawah berdiameter 500 kilometer (sama dengan dengan jarak antara Kota Jakarta dan Kota Yogyakarta). Diameter itu dua setengah kali lebih besar dibandingkan kawah yang terbentuk oleh asteroid pemusnah kehidupan dinosaurus, 65 juta tahun yang lalu.

Tumbukkan itu juga menimbulkan gelombang seismik yang lebih besar dari gempa bumi terbesar sekalipun. Gelombang itu terjadi sekitar setengah jam di seluruh permukaan Bumi. Sebagai perbandingan, getarannya enam kali lebih besar daripada gempa yang mengguncang Jepang tiga tahun silam. Dengan kekuatan sebesar itu, tsunami yang muncul pun sangat dahsyat. Menurut para ilmuwan, tinggi gelombang tsunami mencapai ratusan meter.

Hasil penelitian tersebut diungkap dalam Physics of crustal fracturing and chert dike formation triggered by asteroid impact, ~3.26 Ga, Barberton greenstone belt, South Africa. Tulisan tersebut dimuat dalam jurnal Geochemistry, Geophysics, Geosystems Serikat Geofisika Amerika. (Dailymail)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI