Suara.com - Tim peneliti dari Balai Arkeologi Ambon menemukan spesimen nekara atau gendang perunggu Dong Son tipe Heger I di Desa Arui Das, Pulau Tanimbar, Kebupaten Maluku Tenggara Barat.
"Ini menjadi nekara ke-13 yang pernah ditemukan di Maluku," kata Arkeolog Marlon Ririmase di Ambon, Rabu (26/3/2014).
Marlon mengatakan, nekara Dong Son tipe Heger I itu ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Ambon pada 11 Maret 2014. Upaya pencarian tersebut berlangsung selama 12 hari di Kepulauan Tanimbar.
Benda peninggalan budaya zaman perunggu itu, tambah Marlon, tidak tercatat dalam berbagai referensi akademis etnohistori mengenai penemuan nekara di Maluku. Penemuan spesimen nekara terkenal di Maluku adalah catatan dari Georg Eberhard Rumphius, seorang peneliti Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) keturunan Jerman.
Lebih lanjut Marlon mengatakan, nekara adalah produk saat budaya logam mulai tumbuh di bagian selatan Benua Asia. Budaya itu menjadi bagian dari kisah akhir zaman pra sejarah menuju awal masa sejarah. Dari segi sebarannya, benda tersebut diketahui sudah ada sejak 2.500 tahun lalu.
"Semua budaya dari tradisi perunggu termasuk di kepulauan Asia Tenggara berasal dari wilayah Dong Son yang terletak di sebelah utara Vietnam. Spesimen nekara sendiri sudah ada sejak tahun 500 dan 200 sebelum Masehi (SM)," katanya.
Dengan ditemukannya spesimen nekara ke-13 di Maluku, menurut Marlon, semakin menguatkan pentingnya posisi daerah itu dalam arus perdagangan pada masa lampau.
"Di Pulau Jawa pernah ditemukan 19 buah nekara, dan Maluku menjadi wilayah kedua di Indonesia yang memiliki nekara terbanyak. Ini menjadi penting karena nekara pada masanya termasuk benda yang langka dan secara sosial hanya dimiliki oleh individu yang memang memiliki status sosial tinggi," ucapnya. (Antara)