Suara.com - Perdana Menteri Malaysia Najib Razak sudah mengumumkan tentang jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH370 di Samudera Hindia. Namun, hingga kini belum ada puing-puing atau serpihan dari MH370 di Samudera Hindia. Keputusan bahwa pesawat yang membawa 239 penumpang itu jatuh di Samudera Hindia itu berdasarkan data dari satelit Inggris, Inmasat.
Puluhan negara sudah terlibat untuk mencari pesawat MH370 termasuk menurunkan peralatan tercanggih yang mereka punya. Salah satunya adalah pesawat P3 Orion yang digunakan oleh Amerika Serikat dan Australia. P3 Orion adalah pesawat pencari paling canggih di dunia.
Pesawat ini bisa mendeteksi keberadaan manusia dari jarak 30 mil dan melacak tanda kehidupan di bawah laut dengan kedalaman hingga 5.000 kaki. Memasuki minggu ketiga, pesawat pencari tercanggih itu pun masih belum menemukan apa-apa, termasuk benda yang diduga serpihan pesawat MH370.
Orion adalah pesawat turboprop dengan empat mesin yang dibuat oleh Lockheed Martin Corp dengan kantor pusat di Betehesda, Maryland Amerika Serikat. Pesawat ini sudah digunakan oleh Angkatan Laut Amerika sejak 1960-an untuk mencari kapal selam.
“Saya sudah memandangi air luat selama dua minggu lebih,” kata Jaimeson Whiteley, salah satu kru P3 Orion.
Amerika menurunkan 11 kru P3 Orion yang bermarkas dekat Kuala Lumpur untuk mencari MH370. Karena terlalu lama memandangi air laut, sejumlah kru mulai melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
“Pikiran Ada kadang membuat Anda melihat seperti melihat sesuatu,” ujar Whiteley.
Selain tidak tahu lokasi yang tepat untuk mencari serpihan MH370, kendala lain yang tidak kalah berat adalah ombak di Samudera Hindia yang sangat kuat. Ombak di Samudera Hindia merupakan ombak terkuat di dunia sehingga membuat benda yang terdeteksi oleh satelit Australia kemungkinan sudah hanyut ratusan mil.
Pesawat P3 Orion Australia juga pulang dengan tangan hampa setelah berputar-putar di atas Samudera Hindia.
Pesawat dengan harga 36 juta dolar Amerika ini kemudian berevolusi, tidak hanya mencari kapal selama di lautan luas tetapi juga pesawat yang jatuh di lautan.
Selain P3 Orion, Amerika dan Australia juga menggunakan pesawat P8-A Poseidon, versi lebih canggih dari pesawat Boeing 737 untuk angkutan komersial.
Namun, karena jarak tempuh pencarian sangat luas yaitu 2.500 kilometer dari Perth, maka bahan bakar yang dikonsumsi pesawat itu sebagian besar habis untuk pergi dan pulang. Sedangkan durasi pencarian hanya dua hingga tiga jam untuk setiap pencarian.
Bukan hal mudah bagi tim pencari untuk menemukan reruntuhan MH370 di lautan luas.
“Benda atau serpihan MH370 bisa saja dalam bentuk kecil. Mata saya sudah mulai lelah melihat laut seharian,” ujar salah satu tim pencari MH370, Brandon Yeager. (Bloomberg)