Suara.com - Ketika marah orang akan lebih mudah melihat warna merah, demikian hasil penelitian sejumlah ilmuwan dari North Dakota State University, Amerika Serikat yang diterbitkan dalam Journal of Personality.
Studi itu menemukan bahwa orang dengan sifat pemarah akan lebih mudah melihat warna merah ketimbang biru. Kecendrungan itu terjadi bahkan ketika mereka melihat objek yang tidak benar-benar berwarna merah atau biru.
Para penelti mengatakan bahwa hubungan antara marah dan warna merah mungkin berakar dari jejak evolusi manusia, dari era ketika manusia masih berburu dan mengumpulkan makanan. Ketika itu merah diasosiasikan dengan bahaya dan ancaman.
Penelitian itu sendiri melibatkan sejumlah eksperimen. Pertama para peneliti meminta sekelompok relawan untuk memilih warna apa yang mereka sukai di antara merah dan biru. Para relawan kemudian diminta mengerjakan tes yang tujuannya melihat kepribadian mereka. Hasilnya, orang yang lebih suka merah cenderung punya sifat kasar dan pemarah dalam hubungan antarpribadi.
Dalam eksperimen kedua, para relawan diminta melihat gambar-gambar buram, yang didesain sedemikian rupa, sehingga mereka sukar membedakan antara warna biru dan merah. Eksperimen kedua itu kemudian dibandingkan dengan hasil tes kepribadian. Hasilnya ditemukan bahwa 25 persen orang yang melihat warna merah punya ciri-ciri yang mengarah pada sifat kasar dan pemarah.
"Orang yang punya sifat kasar cenderung punya pemikiran-pemikiran kasar. Pemikiran-pemikiran kasar secara implisit berhubungan dengan warna merah, dan karenanya orang-orang yang punya sifat kasar akan lebih sering melihat warna merah," tulis para peneliti dalam studi tersebut.
Dalam tes ketiga, para relawan disajikan gambar-gambar yang berisi beberapa skenario, di mana mereka diharuskan mengambil keputusan. Dari tes terakhir itu ditemukan bahwa orang yang suka warna merah cenderung tega melukai orang lain ketimbang orang-orang yang suka warna biru.
"Pesan inti dalam riset ini adalah warna bisa mengandung makna psikologi, tidak hanya sekedar urusan estetika," jelas para peneliti. (Independent)