Suara.com - Financial Times merilis artikel menarik tentang fenomena BlackBerry Messenger (BBM) di Indonesia. Di tengah redupnya popularitas BlackBerry di tanah air, media ternama Inggris tersebut mengemukakan bahwa prinsipal BlackBerry di Indonesia berkolaborasi dengan produsen smartphone Android lokal untuk melakukan pre-install layanan BBM di produk Android-nya.
Langkah ini, jika benar, merupakan usaha strategis yang bisa dilakukan oleh BlackBerry untuk menyelamatkan nama besar BBM sebagai layanan percakapan terdepan. Alih-alih menggunakan perangkat BlackBerry sendiri, nampaknya BlackBerry sudah cukup puas jika BBM digunakan oleh konsumen dengan berbagai macam platform smartphone, terutama dalam hal ini Android yang semakin merajai di kawasan Asia.
Salah satu contoh yang disebutkan dalam artikel tersebut adalah smartphone buatan Cyrus yang memiliki layar sentuh, keyboard fisik QWERTY dan BBM yang pre-installed di dalamnya. Smartphone seperti ini ditawarkan di kisaran harga Rp 1.5 juta. Produsen lokal Android lokal lainnya, seperti SPC Mobile, juga sedang mengerjakan produk serupa dengan harga ritel yang diharapkan lebih murah dari produk Cyrus tersebut.
Produsen Android lokal mengakui bahwa ketersediaan BBM untuk berkomunikasi di ponselnya membawa berkah lonjakan penjualan. COO SPC Mobile Raymond Tedjokusumo mengatakan bahwa penjualan produknya meningkat 10-20% karena “fasilitas” BBM ini.
Produsen raksasa seperti Samsung juga tak ketinggalan menikmati limpahan konsumen yang meninggalkan BlackBerry, tetapi belum bisa meninggalkan BBM. Meskipun belum memberikan skema pre-install BBM, pramuniaga sebuah gerai Samsung di pertokoan mewah Jakarta Pusat mengakui bahwa 90% konsumen yang membeli smartphone di gerai tersebut meminta bantuan untuk pengunduhan aplikasi BBM.
BBM sekarang menjadi layanan percakapan lintas platform dan bersaing ketat dengan kompetitor seperti WhatsApp, Line ataupun WeChat. Dengan jumlah pengguna yang lebih kecil ketimbang pesaingnya, BlackBerry bakal berusaha mendorong penggunaan BBM dengan cara apa saja, termasuk merangkul produsen Android seperti ini.
Yang jadi pertanyaan, dengan gratisnya penggunaan BBM ini di platform Android dan iOS, bagaimana BlackBerry mengkonversinya menjadi sumber pendapatan? Apakah mereka harus berjibaku berjualan tema, stiker dan pernak-pernik virtual lainnya demi menambah pendapatan BlackBerry yang semakin berkurang setelah platform BlackBerry 10 tidak lagi menggunakan layanan eksklusif BlackBerry Internet Service (BIS)? Jika sukses, apakah BlackBerry siap berubah menjadi pengelola layanan aplikasi multiplatform?
[Image credit: Flickr/mujitra]