“Wkwkwkwk pada debat amat ya, ituu bagian dari permainan udah biasa kayak gituu,” tulis akun @ali****.
Pandangan ini langsung mengundang perdebatan lebih lanjut, apakah menang dengan cara apapun sah-sah saja? Atau adakah batas moral yang tidak boleh dilanggar demi meraih piala?
Klarifikasi PB Exist
Pihak PB Exist sendiri tidak tinggal diam. Melalui pernyataan resmi yang disampaikan oleh Ketua Harian Harry Hartono, mereka menegaskan bahwa klub tidak mentolerir bentuk kecurangan apapun.
Atlet yang bersangkutan telah ditegur keras dan tidak diizinkan bertanding di babak semifinal—bahkan sebelum video itu viral.
"Sanksi internal dari klub juga akan diberikan untuk meningkatkan disiplin dan mental juara dari atlet binaan. Exist Badminton Club berpendirian bahwa sikap sportif harus menjadi landasan yang kuat dalam membentuk seorang calon juara," ujar Harry seperti dikutip di akun TikTok resmi PB Exist, Senin (21/4/2025).
Respons cepat dan tegas dari pihak klub setidaknya memberikan pesan kuat, bahwa pembinaan atlet muda bukan hanya soal teknik bermain, tapi juga karakter dan etika.
Kejadian ini bukan hanya ujian bagi seorang atlet muda, tapi juga bagi seluruh sistem pembinaan olahraga di Indonesia.
Bagaimana jika kejadian ini terjadi di level yang lebih tinggi, seperti Kejuaraan Dunia atau Olimpiade, dan dilakukan oleh atlet asing kepada wakil Indonesia?
Baca Juga: Satpam Bekuk Pria Nyamar Jadi Perempuan di Masjid NTB: Ngaku Dapat Bisikan Gaib
Apakah kita akan tetap menganggapnya “bagian dari strategi”? Apakah sportivitas hanya berlaku ketika kita yang menjadi korbannya? Drama di Sirnas B Kepri ini bukan hanya soal satu poin atau satu pertandingan.