“Sebagai kapten tim tentu menjadi tanggung jawab yang besar, apalagi bermain beregu di kejuaraan internasional yang tensinya sangat tinggi. Yang terpenting ialah menjaga komunikasi tim agar tetap baik dan saling sharing, serta menentukan strategi,” tegas atlet lulusan Audisi Umum PB Djarum 2016.
"Meski saya kalah di partai pertama, tapi untungnya mental tim tidak down dan itu menjadi semangat tersendiri bagi saya untuk menebus kekalahan pada partai berikutnya. Sampai akhirnya tim kami bisa menjadi juara dan mengalahkan China di depan pendukungnya sendiri."
Mohammad Zaki Ubaidillah, yang turun di sektor tunggal putra, juga mencatatkan kemenangan penting dengan mengalahkan wakil China, Hu Zhe An, dalam dua partai langsung.
“Di nomor beregu. poin-poin awal saya masih belum begitu dapat feel bermainnya karena masih agak tegang (melawan China). Tapi mulai 3 poin ke atas saya berusaha lebih tenang dan berusaha semaksimal mungkin tidak melakukan kesalahan sendiri. Medali ini saya persembahkan untuk bangsa Indonesia,” ucap Ubed.
Sementara itu, ganda putri Isyana Syahira Meida/Rinjani Kwinara Nastine berperan besar dalam memastikan kemenangan Indonesia di Piala Suhandinata. Meski Mutiara Ayu kalah di partai pertama, pasangan ganda putri ini berhasil mengalahkan pasangan China Chen Fan Shu Tian/Liu Jia Yue di partai kedua, membawa angin segar bagi tim.
“Waktu kami turun di partai kedua, kami hanya memikirkan untuk fokus bermain sebaik mungkin dan menyumbang poin sebanyak-banyaknya. Baik itu tertinggal atau unggul poin, kami berdua tetep fight apapun keadaan poinnya,” tutur Isyana yang juga berhasil meraih medali perunggu bersama Rinjani di nomor perorangan WJC 2024.
Format relay point yang baru juga memaksa para atlet untuk beradaptasi. Menurut Isyana dan Rinjani, strategi pemanasan dan mental bertanding menjadi kunci penting menghadapi sistem baru ini.
“Dengan format baru sistem relay point kan hanya sampai 11 poin, jadi persiapan kami lebih banyak di pemanasan karena ketika sudah di lapangan kami udah harus tune in dan tidak boleh yang namanya mati sendiri. Kita di lapangan saling adu mental, jadi kami berdua sebisa mungkin menjaga poin demi poin,” ujar Isyana.
“Karena sistem beregunya berbeda dengan biasanya, di awal-awal kita cukup kesulitan untuk adaptasi di relay point tersebut, tapi kita bisa mengatasi dengan baik. Hingga di pertandingan saat melawan tuan rumah China, kita juga tidak nyangka bisa mengalahkan mereka karena menjalani pertandingan dengan nothing to lose. Begitu pun di nomor perorangan kita bermain dengan cukup baik di setiap match. Meski hanya sampai di semifinal kami sangat bersyukur dan bangga,” timpal Rinjani.
Baca Juga: All Indonesian Final! Medali Emas Paralimpiade Paris 2024 Dalam Genggaman
Bakti Olahraga Djarum Foundation dan Ketua Umum Terpilih PBSI memberikan apresiasi senilai total Rp657,5 juta, termasuk untuk 20 atlet, manajer tim, pelatih, hingga tim pendukung yang terdiri dari dokter, psikolog, fisioterapis, dan pakar sport science. Dukungan ini diharapkan mampu memotivasi tim untuk meraih lebih banyak prestasi di kancah internasional.