Indonesia ke Final Piala Uber 2024: Apa Kabar Mia Audina, Peraih Uber Cup 1994 dan 1996?

Galih Prasetyo Suara.Com
Sabtu, 04 Mei 2024 | 19:15 WIB
Indonesia ke Final Piala Uber 2024: Apa Kabar Mia Audina, Peraih Uber Cup 1994 dan 1996?
Indonesia ke Final Piala Uber 2024: Apa Kabar Mia Audina, Peraih Uber Cup 1994 dan 1996? [olympics.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tim putri Indonesia cetak sejarah dengan melaju ke Piala Uber 2024 setelah sebelumnya absen selama 16 tahun.

Tiket ke final Uber Cup 2024 didapat setelah tunggal putri Komang Ayu Cahya Dewi mengalahkan wakil Korsel, Kim Min Sun 17-21, 21-16, 21-19 di Chengdu Hi Tech Zone Sports Center Gymnasium, Chengdu, China, Sabtu (4/5).

Kemenangan Komang Ayu memastikan tim regu putri Indonesia meraih kemenangan 3-2 atas Korsel. Catatan ini membuat Indonesia mengakhiri puasa ke final Piala Uber setelah 16 tahun.

Baca juga:

Baca Juga: 16 Tahun Menanti, Tim Putri Indonesia Akhirnya Tampil Lagi di Final Piala Uber

Indonesia terakhir melaju ke final Piala Uber 2008 Jakarta. Sayang di Piala Uber 2008, srikandi Indonesia menyerah dari Cina dengan skor 3-0.

Melaju ke final Piala Uber Cup 2024 membuat peluang Komang Ayu dkk mengulang sejarah manis saat terakhir Indonesia meraih gelar Piala Uber pada 1996.

Ya, tim bulutangkis putri Indonesia terakhir meraih gelar juara Piala Uber pada 1996. Kala itu, tim putri Indonesia diperkuat salah satu legenda bulutangkis, Mia Audina.

Mia Audina Tjiptawan merupakan salah satu pebulutangkis putri yang mengukir rekor manis untuk Indonesia meski kemudian ia memutuskan hijrah dan memilih menjadi warga negara Belanda.

Baca juga:

Baca Juga: Mendag Zulhas Minta IMA Perkuat Sinergi Bagi Pelaku Usaha Kecil

Mia Audina memperkuat Tim Piala Uber Indonesia saat masih berumur 14 tahun dan menjadi anggota Tim Piala Uber termuda sepanjang sejarah bulu tangkis. Saat itu ia memiliki julukan "Si Anak Ajaib" dan "Anak SMA Penentu Piala Uber"

Mengutip dari bulutangkis.com, Mia Audina dari 14 tahun sudah masuk ke kawah candradimuka pebulutangkis nasional, Pelatnas Cipayung. Setahun di Cipayung, Mia masuk seleksi Tim Uber 1994 yang kala itu sudah diperkuat Susi Susanti.

Mia pun jadi kunci permainan tim Indonesia kala itu. Di partai penentuan, Mia jadi penentu kemenangan tim Uber Indonesia mengalahkan tim Uber China.

Mia kalahkan wakil China, Zhang Ning dengan rubber set, 11-7, 10-12. dan 11-4. Dua tahun setelah, gelar Piala Uber mampu dipertahankan oleh Mia dkk.

Setelah Olimpiade 1996 dengan mempersembahkan medali Perak, kehidupan dan karier bulutangkis Mia Audina berubah 180 derajat. Pasca wafatnya ibunda tercinta, Lanny Susilawati pada 1999, Mia memutuskan untuk hijrah ke Belanda bersama sang suami, Tylio Lobman.

Kepindahan Mia ke Belanda saat itu jadi sorotan publik Indonesia. Mia kala itu berkeinginan untuk tetap membela Indonesia namun berlatih di Belanda. Sayangnya permintaan Mia itu ditolak pengurus PBSI.

"Kalau dia pindah ke Belanda ya harus keluar dari pelatnas. Dia memang maunya begitu (tetap di pelatnas namun latihan di Belanda), tetapi yang namanya organisasi tentu ada aturan mainnya, jadi harus patuh,” ujar Karsono, ketua harian PBSI seperti dikutip.

Mia pun akhirnya dengan berat hati memilih membela Belanda. Meski begitu, Mia mengaku bahwa ia masih sensitif jika membicarkan soal Indonesia dan karier bulutangkisnya.

Menurut Mia, ia lahir dan dibesarkan di Indonesia dan sangat sulit untuk mengulas keputusannya pindah menjadi warga negara Belanda. Mia sempat mengatakan bahwa salah satu faktor yang membuat pindah kewarganegaraan ialah faktor PBSI dan wafatnya sang ibunda.

Pada 2006, Mia memutuskan pensiun dari bulutangkis dan fokus pada bisnis batu mulia. Sementara suami Mia, Tylio diketahui menjadi seorang pendeta. Di platform media sosial, Tylio beberapa kali mengisi khotbah di sejumlah gereja Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI