Suara.com - Indonesia berhasil bertahan di Grup Dunia II Piala Davis 2023 setelah mengalahkan tuan rumah Vietnam 3-2 pada babak play off di lapangan indoor Hanaka Paris Ocean Park, Tu Son, Bac Ninh, Vietnam, Minggu (5/2/2023).
Christopher Rungkat memastikan kemenangan Indonesia setelah pada partai terakhir sukses membungkam Nguyen Dac Tien 6-4 6-0.
"Senang pastinya. Kapan pun saya bermain buat Davis Cup atau pun yang lainnya pastinya saya memberikan 100 persen. Saya sendiri sampai saat ini masih merasa bisa berkontribusi untuk tim nasional," ujar Christo dalam keterangan yang diterima di Jakarta.
Pada hari pertama play off, Indonesia menahan imbang Vietnam dengan kemenangan tunggal utama Merah Putih Muhammad Rifqi Fitriadi. Namun, keunggulan Indonesia itu sirna setelah tunggal utama Vietnam Hoang Nam Ly mengalahkan Anthony Susanto.
Pada laga hari kedua, Indonesia mampu unggul 2-1 lewat partai ganda Christopher Rungkat/Muhammad Rifqi Fitriadi. Christo/Rifqi menang atas Nam Hoang Ly/Nguyen Van Phuong 6-3 6-3.
Hasil tersebut juga membuat Christo menyandang gelar Most Doubles Win di tim Merah Putih dengan 17 kemenangan, mengalahkan rekor sang non-playing captain Indonesia saat ini, Bonit Wiryawan yang mengoleksi 16 kemenangan nomor ganda.
Hingga kini, menurut catatan Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti), Christo juga memegang rekor Most Total Wins (42-18) dan Most Singles Wins (25-12) dalam 15 tahun kiprahnya membela Indonesia di ajang Piala Davis sejak 2007.
Namun, pada partai keempat, Rifqi harus mengakui keunggulan Nam Hoang Ly 4-6 6-3 5-7, yang membuat Vietnam menyamakan kedudukan 2-2.
Kedua tim mengganti petenis yang tampil di partai kelima atau terakhir sebagai penutup Play Off Grup Dunia ll sekaligus penentu kemenangan, dengan Christo menghadapi Nguyen Dac Tien, yang akhirnya dimenangi oleh petenis Indonesia berusia 33 tahun itu.
Baca Juga: Hasil Proliga 2023: Bungkam Gresik Petrokimia, Jakarta Pertamina Fastron Pastikan Tiket Empat Besar
Kemenangan atas Vietnam tersebut adalah yang pertama bagi Indonesia di ajang perebutan lambang supremasi tenis beregu putra dunia itu. Dua pertemuan sebelumnya berakhir dengan kekalahan regu Merah Putih, yakni pada saat di Saigon 1970 dan Solo 2016.