Olahraga, Membuat Hidup Maria Goreti Semakin Berarti

Syaiful Rachman Suara.Com
Kamis, 04 Agustus 2022 | 19:37 WIB
Olahraga, Membuat Hidup Maria Goreti Semakin Berarti
Atlet balap kursi roda Indonesia Maria Goreti Samiyati berselebrasi usai finis di posisi pertama pada final 400 meter putri T54 ASEAN Para Games 2022 di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Kamis (4/8/2022). Maria Goreti Samiyati meraih medali emas dengan catatan waktu 1 menit 2,77 detik, sementara rekannya Nina Gusmita memperoleh medali perunggu dengan cacatan waktu 1 menit 06 detik. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/wsj.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kehilangan sang buah hati tak lama setelah menghirup hangatnya udara dunia, membuat Maria Goretti Sumiyati dilanda kesedihan tak berujung. Buah hati yang nantinya bakal menjadi penerus kisah hidupnya, harus lebih dulu bertemu dengan Sang Pencipta.

Kesedihan itu membuat dirinya hampa. Hari-hari dilalui hanya dengan merenung sembari memikirkan apa yang tengah dilakukan anaknya bersama Tuhan di surga sana.

Namun pada satu titik ia menyadari, bahwa Tuhan lebih sayang dari dirinya. Perempuan asal Cilacap itu lantas mencoba berbagai hal baru untuk menutupi kesedihannya. Salah satunya lewat olahraga yang sedikitnya membuat dia mampu menghapus kepahitan hidup.

Maria adalah seseorang atlet tuna daksa. Sebelumnya dia adalah perempuan nondifabel yang harus merelakan kakinya diamputasi setelah terserempet kereta sekitar tahun 2003.

Medio 2014, Maria mendapat ajakan untuk bergabung bersama National Paralympic Commitee (NPC) DKI Jakarta. Awalnya dia menolak ajakan tersebut, tapi seiring waktu berjalan Maria akhirnya menerima pinangan tersebut.

"Saat itu ada yang ngajak saya olahraga. Ya, di situ saya ikut dari pada mikirin ini, yuk kita bangkit, olahraga saja. Saya latihan sambil sedih-sedih," ujar dia sesaat setelah mengantongi medali emas cabang olahraga kursi roda klasifikasi T54 nomor 400 meter ASEAN Para Games 2022.

Awalnya, Maria mencoba sejumlah cabang olahraga paralimpiade seperti badminton dan lain-lain, tetapi merasa tidak cocok. Ia lebih suka olahraga yang mengandalkan tenaga. Ia pun mantap memilih balap kursi roda.

Ternyata, untuk adaptasi dengan alat pun tidak mudah. Ia memerlukan waktu sedikitnya hingga satu tahun untuk bisa mengenakan sarung tangan sebagai pusat kekuatan untuk mengayuh setiap putaran.

Olahraga balap kursi roda mengandalkan tangan untuk memutar roda. Sementara klasifikasi T54 adalah untuk atlet lintasan kursi roda yang memiliki fungsi penuh di tubuh mereka dengan gerakan kaki yang terpengaruh sedang atau tinggi atau tidak adanya anggota badan. Atlet menghasilkan tenaga melalui berbagai gerakan tubuh dan lengan. Kaki tidak berperan dalam balapan.

Baca Juga: Para-badminton Pastikan Lampaui Target Medali di APG 2022

Pada debutnya di Kerjunas Solo pada 2015, Maria langsung menyabet tiga emas. Ia memenangi nomor 100 meter, 200 meter, dan 400 meter.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI