Suara.com - Para pebalap telah menyelesaikan seri F1 GP Monaco 2022 pada Minggu (29/5/2022) dengan pebalap Red Bull Sergio Perez keluar sebagai pemenang. Namun, masa depan sirkuit legendaris itu belum jelas untuk tahun depan.
Banyak pihak menyarankan Grand Prix Monaco harus berbenah dan melakukan berubahan guna meningkatkan keseruan balapan di kawasan kerajaan itu. Jika tidak, F1 bisa saja pergi selamanya dari sana.
F1 memang tak kekurangan venue yang bisa mereka gunakan untuk Grand Prix dan bahkan memiliki wacana untuk mengisi kalender musim hingga 24 balapan dalam setahun.
Seperti yang telah disaksikan para fan, Miami menjalani debutnya tahun ini, sedangkan Las Vegas disiapkan di kalender 2023 ketika Qatar kembali menjadi tuan rumah untuk seri keempat di putaran Timur Tengah. Belum lagi balapan malam di Arab Saudi dan Singapura akan menambah variasi tontonan.
Baca Juga: Charles Leclerc Dominasi Dua Sesi Latihan F1 GP Monako 2022
Kedatangan balapan-balapan yang lebih gemerlap, dengan hiburan di luar trek yang menggaet generasi baru fan, telah memunculkan dampaknya terhadap balapan-balapan klasik seperti Monaco.
"Saya rasa setiap balapan harus ditingkatkan. Di setiap aspeknya. Mungkin itu berlaku juga bagi Monaco. Tapi Monako penting bagi F1," kata bos tim Alfa Romeo Frederic Vasseur.
"Bagi seluruh ajang balap bersejarah, apabila mereka tetap berada di standar yang sama, mereka akan tenggelam. F1 berubah dengan drastis," kata dia.
Sejumlah pihak merasa Monako, yang menjadi bagian bersejarah terciptanya F1, terancam bakal ditinggalkan. Ada yang menyarankan Grand Prix di negara kerajaan itu menjadi ajang dua tahunan, atau bahkan ditinggalkan sama sekali.
Penyelenggara setempat tidak menganggap serius wacana tersebut akan tetapi bos F1 Stefano Domenicalli, seperti dilansir Reuters, telah menunjukkan tanda-tanda ingin adanya perubahan.
Baca Juga: Charles Leclerc Tak Terbebani Kegagalan Masa Lalu di Monako
Ada keinginan bahwa di F1 Monaco harus membuat pengecualian, menawarkan pertunjukan yang lebih menarik dan lebih berkontribusi secara finansial untuk mendatangkan cuan.
Balapan di jalanan Monte Carlo selama ini lebih seperti prosesi, yang mana pertunjukan salip menyalip sangat langka seperti halnya tiket murah dan hotel terjangku di sana.
Penyiaran di televisi setempat sering mendapat kritik karena Monaco disponsori brand arloji Tag Heuer yang bentrok dengan kontrak Formula 1 dengan Rolex.
Monaco juga membayar "hosting fee" yang jauh lebih sedikit dari balapan-balapan lain.
Bos McLaren Zak Brown juga buka suara, mengatakan apabila Monaco ingin tetap berada di kalender F1 maka mereka harus membayar fee penyelenggaraan lebih banyak.
"Saya rasa Monaco memiliki kesepakatan komersial yang sangat menguntungkan dengan Formula 1 selamanya dan saya kira Formula 1 sedang mencoba mencapai kesepakatan yang lebih konsisten dengan venue-venue lain sembari mempertimbangkan kepentingannya di kalender," kata Brown.
"Pastinya tidak seorang pun dari kami yang ingin melihat Monako pergi tapi juga paham bahwa sebagai pemegang hak komersial mereka perlu memiliki kesepakatan yang lebih konsisten dengan venue-venue lain melihat banyaknya trek yang ingin menjadi tuan rumah grand prix," kata Brown.
Sementara itu, mantan orang nomor satu di Formula 1, Bernie Ecclestone mengatakan bahwa menghilangkan Monaco dari kalender akan merupakan kesalahan besar.
"Saya rasa tidak ada yang berani menghilangkan balapan itu dari Monaco," kata Ecclestone.
"Mereka masih sangat, sangat senang dan percaya diri dengan semuanya tanpa drama. Jadi saya tidak melihat ada masalah di sini."
"Apakah ini balapan terburuk atau terbaik, ini adalah (balapan) yang paling penting dan berharga," kata Ecclestone.
Ecclestone juga mengkritik Miami yang mencoba meniru atmosfer Monte Carlo dengan membuat marina tiruan di mana sejumlah yacht bersandar di lantai semen yang didesain sedemikian rupa menyerupai dermaga.
"Lihat Miami. Itu bukan balapan F1," kata Ecclestone. "Itu bisa saja menjadi klub balapan setempat, kan?
"Mereka memasang kapal-kapal itu di lapangan parkir, mencoba agar terlihat seperti Monaco."
Bos Mercedes Toto Wolff senada dengan Ecclestone.
"Saya berpihak, saya tinggal di sini, saya cinta kota ini. Saya kira apa yang ditawarkan Monaco itu spektakuler," kata bos tim Mercedes Toto Wolff sebelum balapan seperti dikutip Reuters.
"Kami mendapat dukungan dari sang pangeran dan Formula 1 penting bagi Monaco dan Monaco penting bagi Formula 1," kata dia.
"Monako harus merangkul realitas baru dari apa yang menjadi pedoman olahraga ini hari ini, dan dampaknya kepada dunia, dan pada saat yang sama Monako akan selalu dihormati dalam komunitas Formula 1 sebagai sesuatu yang spesial. Tapi tidak seharusnya orang menganggap ini biasa saja."
Melihat juara dunia tujuh kali Lewis Hamilton gagal menyalip Fernando Alonso yang melaju lebih lambat di Monaco, Wolff mengungkapkan pendapatnya lagi.
"Kita perlu menilik kembali layout sirkuit ini, sehingga kita tidak melaju lima detik lebih lambat saat balapan," kata dia. "Ini adalah arena yang fantastis, tapi akan luar biasa apabila balapan dapat berjalan di level yang sama."
Pebalap Ferrari Charles Leclerc pun tak ingin balapan di kampung halamannya itu dihilangkan dari F1.
"Saya tak pernah merasakan Monaco tanpa Formula 1 kecuali saat terkena dampak COVID pada 2020, dan Formula 1 tanpa Monako bukanlah Formula 1," kata Leclerc, demikian Antara.