Kisah Sutjiati Narendra Pindah ke Indonesia karena Permintaan Jokowi, Kini Terabaikan

Rully Fauzi
Kisah Sutjiati Narendra Pindah ke Indonesia karena Permintaan Jokowi, Kini Terabaikan
Pesenam Sutjiati Narendra). [YouTube Deddy Corbuzier]

Inilah Sutjiati Narendra, atlet senam ritmik yang pilih lepas AS demi jadi WNI tapi tak dikirim ke SEA Games Vietnam.

Suara.com - Kisah miris yang dialami oleh atlet senam ritmik Indonesia, Sutjiati Narendra, jelas menjadi pukulan telak bagi dunia olahraga di Tanah Air.

Sebab, Sutjiati Narendra bersedia pulang dari Amerika Serikat atas permintaan Presiden Joko Widodo. Namun, ternyata perempuan kelahiran New York itu nasibnya justru terabaikan.

Pasalnya, Sutjiati Narendra diputuskan untuk tidak berangkat ke SEA Games 2021 di Vietnam. Keputusan ini diambil oleh tim review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPPON) yang diketuai oleh Moch Asmawi.

Padahal, Sutjiati Narendra sudah memilih untuk pulang ke Indonesia karena didorong oleh pernyataan Presiden Joko Widodo.

Baca Juga: Murid Teladan STY Bakal Ditunjuk PSSI Jadi Pelatih Timnas Indonesia di SEA Games 2025

Saat itu, Jokowi meminta anak-anak muda yang memiliki kewarganegaraan ganda untuk pulang dan membantu membangun bangsa.

“Saya tinggal di Indonesia sejak 2018 dan pindah dari Amerika ke Lampung karena permintaan Pak Jokowi agar anak-anak muda yang memiliki kewarganegaraan ganda pulang untuk ikut membangun bangsa,” kata Sutjiati melalui surat yang diunggah lewat akun Instagram-nya.

“Saya pindah untuk melakukan hal itu dan salah satu cara saya berkontribusi adalah melalui prestasi olahraga,” lanjutnya.

Sutjiati mengakui, keputusannya pulang ke Lampung, kampung halaman ayahnya, dengan harapan bisa membangun Indonesia lewat jalur olahraga ternyata berakhir tragis.

Pasalnya, ia menjumpai nasib malang. Kariernya sebagai pesenam ritmik justru dikebiri setelah memilih pulang ke Indonesia.

Baca Juga: Modal Berharga Menuju SEA Games 2025, Nayaka Budhidarma Juara Ramadhan Cup 2025

“Di negara Indonesia tercinta ini, kami para atlet tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk bersaing di level internasional,” ujarnya.