Suara.com - Juara French Open, Iga Swiatek, berhasil meredam frustrasinya dan bangkit dari satu set dan satu break untuk mengalahkan petenis Estonia Kaia Kanepi 4-6, 7-6(2), 6-3, Rabu, untuk mencapai semifinal Australian Open pertamanya.
Swiatek dari Polandia selanjutnya akan bertemu unggulan ke-27 dari Amerika Danielle Collins, yang sebelumnya mengalahkan petenis Prancis Alize Cornet 7-5 6-1, untuk memperebutkan satu tempat di final pada Sabtu di Melbourne Park.
Dalam pertempuran karier pertama mereka, Swiatek menyia-nyiakan peluang breakpoint pada masing-masing dari tiga servis gim pertama Kanepi dan petenis Estonia itu mengonversi peluang pertamanya di gim ketujuh untuk unggul.
Swiatek menyelamatkan empat setpoint pada gim kesembilan yang berlangsung selama 16 menit tetapi tidak dapat menghentikan Kanepi dari mengambil set pembuka.
Baca Juga: Top 5 Sport: 5 Pose Seksi Camila Giorgi, Petenis Italia yang Juga Model Pakaian Dalam
"Pada set pertama saya memiliki begitu banyak breakpoint, saya merasa kehilangan peluang karena dia mematahkan saya pada breakpoint pertamanya," kata Swiatek dikutip Antara dari Reuters.
"Saya cukup kesal. Itu adalah kesalahan karena saya seharusnya fokus ke masa depan, pada bola berikutnya."
Kanepi (36) tampak akan melaju melampaui delapan besar di Grand Slam untuk pertama kalinya ketika dia mematahkan servisnya di awal set kedua, dengan Swiatek yang frustasi menampar dirinya sendiri dan membanting raketnya di lapangan.
Petenis Estonia itu melakukan backhand dua tangannya yang kuat, membuat Swiatek terpaku di tempatnya dan menyaksikan tanpa daya.
Namun juara Roland Garros 2020, yang melakukan 12 kesalahan ganda dalam pertandingan tersebut, mendapatkan kembali ketenangannya dan menaikkan levelnya pada tiebreak set kedua untuk menyamakan kedudukan menjadi 1-1.
Baca Juga: Hentikan Laju Cornet, Danielle Collins ke Semifinal Australian Open 2022
Swiatek mengalami dua break lagi di set penentuan, menutup pertandingan tiga jam pada match point keduanya ketika petenis Estonia itu mengirim pukulan backhand melebar untuk kesalahan sendiri yang ke-62.
"Saya sangat senang memiliki suara saya karena saya berteriak sangat keras," kata Swiatek.
"Pertandingan ini gila dan tanpa energi di stadion, saya pikir akan sangat sulit untuk memenanginya."