Suara.com - Asosiasi tenis perempuan (WTA) akan segera menangguhkan seluruh turnamen di China menyusul kasus yang menimpa petenis putri Tiongkok Peng Shuai pasca mengungkapkan kekerasan seksual yang dialaminya.
Peng Shuai (35) mantan petenis nomor satu dunia di sektor ganda, kini memang sudah kembali terlihat di publik saat menghadiri turnamen tenis Beijing pada Minggu (21/11/2021).
Namun sebelumnya, dia sempat menghilang lama setelah mengungkapkan lewat media sosial bahwa mantan wakil perdana menteri China Zhang Gaoli memaksanya melakukan hubungan seks.
Postingannya dihapus kira-kira setengah jam kemudian dan Peng Shuai sejak saat itu tidak lagi terlihat secara publik atau membuat pernyataan sebelum foto-foto resmi turnamen tenis Beijing memperlihatkan Peng Shuai sebagai salah satu peserta.
Meski sudah muncul kepublik, kekhawatiran Uni Eropa, PBB, Amerika Serikat, dan Inggris, hingga asosiasi tenis tak luntur terkait keselamatan sang atlet.
Atas dasar itu, WTA mengambil keputusan untuk menangguhkan seluruh turnamen di China kendati tahu bahwa mereka akan rugi ratusan juta dolar dalam hal siaran dan sponsor.
Keputusan itu disambut baik oleh banyak pemain dan mantan pemain tenis.
"Bagaimana saya bisa meminta atlet kami untuk bertanding di sana ketika Peng Shuai tidak diizinkan untuk berkomunikasi secara bebas dan tampaknya telah ditekan untuk membantah tuduhan penyerangan seksualnya," kata Kepala Eksekutif WTA Steve Simon, dikutip dari Rueters, Kamis (2/12/2021).
"Mengingat keadaan saat ini, saya juga sangat prihatin dengan risiko yang dapat dihadapi semua pemain dan staf kami jika mengadakan acara di China pada 2022."
Baca Juga: Top 5 Sport: Bintang Tenis Putri Peng Shuai Hilang, Pemerintah China Bungkam
Keputusan tersebut muncul saat Beijing bersiap menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin pada Februari mendatang. Sementara, kelompok hak asasi global telah menyerukan pemboikotan Olimpiade Beijing atas catatan hak asasi manusia China.