Selama itu pula, Daud telah melakoni 44 pertandingan dan 40 di antaranya diraih dengan kemenangan. Sebelum menjejaki kelas ringan super, dia pernah menyandang gelar juara dunia IBO kelas bulu (57,1kg) dan ringan (61,2kg).
Bahkan saat ini, Cino masih menyandang gelar juara dunia IBA dan WBO Oriental kelas ringan super. Masih teringat jelas saat Daud meraih dua gelar tersebut di Jatim Park, Batu, Malang pada 17 November 2019.
Dalam pertandingan terakhirnya tersebut, Daud membuat petinju asal Afrika Selatan, Michael Mokoena menyerah pada ronde kedelapan.
Wasit harus menghentikan pertandingan karena lengan Mokoena mengalami disposisi. Masih banyak duel epik lainnya yang telah dilakoni Daud sepanjang karier tinju profesionalnya.
Termasuk saat dia menjadi petinju Indonesia keempat yang berduel di Amerika Serikat. Lebih dari itu, debutnya di Negeri Paman Sam mencatatkan namanya dalam buku sejarah sebagai petinju Merah Putih pertama yang meraih kemenangan, tepatnya saat mengalahkan Antonio Meza asal Meksiko pada 2008 silam.
Tiga petinju Indonesia sebelumnya yang pernah tampil di Amerika Serikat, yakni Ellyas Pical, Adrian Kaspari dan Anis Roga semuanya gagal meraih kemenangan di negeri yang menjadi kiblatnya tinju dunia tersebut.
Ya, Cino harus memanfaatkan segudang pengalaman tersebut untuk meraih kemenangan melawan Khaophimai yang masih berusia 18 tahun dan baru melakoni tujuh pertandingan sepanjang kariernya.
Namun Daud sejak awal memang enggan sesumbar dan bukan gaya dia pula untuk meremehkan lawan.
Cino menyadari pernah ada di posisi Khaophimai yang muda dan haus akan kemenangan. Kata dia, tinju tidak bisa diukur secara matematis, karena satu pukulan bisa mengubah semuanya.
Baca Juga: Canelo Alvarez Kembali Jadi Sorotan, Bakal Tantang Juara Dunia Kelas Penjelajah
Berbicara gaya, Daud adalah tipikal petinju swarmer atau fighter. Dengan begitu, Daud bakal terus memberikan tekanan pada lawan. Ayah dua anak itu juga memiliki stamina dan pukulan keras yang menjadi bekal di atas ring nanti.