Suara.com - Legenda tinju kelas berat dunia, Mike Tyson mengaku sempat sering menangis karena merasa dirinya dekat dengan neraka saat masih aktif bertinju.
Di balik kegagahan Mike Tysons sebagai petinju kelas berat dunia, petarung berjuluk The Baddest Man on Planet ini sering meneteskan air mata.
Predikat petinju terbaik dunia sudah disandang Mike Tyson di usianya yang baru 20 tahun, dan sudah meraih tiga gelar juara dunia satu tahun kemudian.
Di masa kejayaannya, Mike Tyson sangat mudah mengalahkan para lawan-lawannya, bahkan seorang Larry Holmes dan Frank Bruno bertekuk lutut di depannya.
Baca Juga: Tinju Dunia: Canelo Alvarez Bekuk Caleb Plant di Ronde 11 untuk Rengkuh Juara Sejati
Namun, sosok asli dalam diri Tyson bisa dibilang rapuh dan ketakutannya jelang bertanding membuat Si Leher Beton tak kuasa menahan tangis.
Hal ini diungkap Tyson dalam podcast-nya. Tyson merasa kehadiranya di atas ring membawa dampak buruk pada orang lain.
Tyson merasa dirinya benar-benar buruk dan bahkan dekat dengan neraka karena banyak orang yang kemudian membenci dirinya.
"Saya merasa seperti, 'Saya akan melakukan sesuatu yang buruk pada orang ini yang tidak disukai keluarganya'," ungkap Mike Tyson dikutip dari Mirror.
"Jika benar demikian, saya benar-benar bersalah dan merasa sangat buruk pada akhirnya, begitulah karena cara saya bertarung."
Baca Juga: Kantongi Karatker Petinju Thailand, Daud Yordan Siapkan Strategi Khusus
"Saya paham seni bertarung, saya tahu seni perang, hanya itu yang pernah saya pelajari. Itu sebabnya mereka takut ketika saya berada di atas ring."
Tyson merasa bahwa dirinya dilahirkan untuk bertarung dan menghajar orang-orang di atas ring. Tapi kini dia bersykur fase tersebut telah berlalu.
"Saya adalah seorang pembasmi. Untuk itulah saya dilahirkan. Sekarang hari-hari itu telah berlalu, kosong, saya bukan apa-apa," kata Tyson.
"Saya sedang mengerjakan seni kerendahan hati. Itulah alasan saya. Karena terkadang saya merasa seperti bajingan."
"Karena saya tidak ingin orang itu keluar karena jika dia keluar, neraka akan datang bersamanya. Saya benci orang itu, saya takut padanya." imbuhnya.
Tyson pernah berada di titik terendah saat masuk penjara, dalam mencari jati diri baru ia juga memutuskan untuk mualaf.
Kontributor: Eko Isdiyanto