Suara.com - Turnamen bulu tangkis nasional, Yuzu Isotonic Akmil Open 2021 menjadi wadah penting bagi Ftriani dan Serena Kani untuk membuktikan diri guna bisa kembali menapaki karier di pelatnas PBSI.
Yuzu Isotonic Akmil Open 2021 menjadi angin segar bagi mereka berdua dan pebulu tangkis lainnya pasca kesulitan mengikuti turnamen akibat pandemi Covid-19.
Bagi Fitriani, Yuzu Isotonic Akmil Open 2021 menjadi panggung perdana selepas penampilan terakhirnya Thailand Masters 2020.
Tanding kembali setelah satu setengah tahun tak mengikuti turnamen apapun membuat atlet kelahiran Garut, Jawa Barat ini perlu beradaptasi kembali terhadap ritme dan atmosfer pertandingan.
Baca Juga: Alasan Richard Mainaky Rahasiakan Rencana Pensiun dari Praveen Jordan Cs
"Rasanya, kayak suasana yang hilang lama terus datang lagi. Suasana tegang pasti ada. Tapi saya senang, ada kejuaraan lagi. Cuma, saya harus adaptasi lagi dengan suasana pertandingan," tutur pebulutangkis putri berperingkat 41 dunia ini dalam rilis yang diterima Suara.com, Jumat (5/11/2021).
Fitriani, yang turun dengan kostum Exist Badminton Club, tak menemui kesulitan dalam menyudahi perlawanan Made Dinda Windiasari, atlet klub HJS Raharjo Surabaya yang terpaut usia lima tahun lebih muda. Meski menang, Fitriani sempat kikuk pada poin-poin awal laga.
"Awal-awal mainnya kayak belum pas, saya harus membangkitkan lagi suasana pertandingan dalam diri saya," tutur unggulan pertama di turnamen ini.
Fitriani, yang juga bermain rangkap di sektor Ganda Dewasa Putri, mengakui dirinya masih menjaga asa untuk dapat kembali membela "Merah Putih" di gelanggang internasional. Namun, ia tak menampik jika perjalanannya kembali ke Cipayung perlu dilalui setapak demi setapak.
"Saya ingin kembali ke diri sendiri dulu, melakukan yang terbaik untuk diri sendiri. Kalau ke depannya terkait pelatnas dan lain-lain, itu lihat nanti saja. Selama di luar, prestasi saya bagus, pasti ada kemungkinan buat dipanggil lagi ke sana," jelasnya.
Baca Juga: Pelatih Ganda Campuran Richard Mainaky Pensiun dari Pelatnas PBSI
Tak hanya Fitriani, asa untuk menghuni kembali pelatnas juga ditunjukkan oleh Serena Kani. Putri legenda bulutangkis Indonesia Denny Kantono ini menunjukkan kilaunya di Austrian Open 2021, Mei lalu.
Berpasangan dengan Ni Ketut Mahadewi Istarini di sektor ganda putri, duo atlet PB Djarum ini sukses memboyong gelar juara usai mengalahkan ganda peringkat 29 dunia asal Malaysia, Anna Ching Yik Cheong/Yap Cheng Wen.
Serena lagi-lagi dipasangkan dengan Ni Ketut di nomor Ganda Dewasa Putri pada YUZU Isotonic Akmil Open 2021. Keduanya sukses mengalahkan Brigita Marcelia Rumambi/Meirisi Cindy Sahputri tiga gim 19-21, 21-2, 21-2 dan melaju ke babak delapan besar.
Kemenangan Serena/Ketut berbau keberuntungan karena di akhir gim pertama Brigita mengalami cedera sehingga tidak bisa bermain optimal.
“Jujur saya mau masuk pelatnas lagi. Tapi ya semua memang harus dari diri kita sendiri mencoba semaksimal mungkinn semoga bisa masuk lagi,” jelas Serena yang juga tampil rangkap di nomor Ganda Dewasa Campuran bersama Ghana Muhammad Al Ilham.
Selain nama-nama di atas, tunggal putri unggulan lainnya pada kejuaraan ini adalah Gabriela Meilani Moningka. Atlet klub Berkat Abadi ini sempat mencuri perhatian khalayak saat perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 di Papua, dengan menggoreskan sejarah baru pada olahraga bulutangkis di Bumi Cendrawasih.
Papua bersama Bali menjadi provinsi di luar Pulau Jawa yang meraih medali bulutangkis beregu putri PON. Pada laga perdananya di Yuzu Isotonic Akmil Open 2021, Gabriela menyudahi perlawanan atlet klub PB Djarum Kudus Aurelia Salsabila.
Selain turun pada nomor Tunggal Dewasa Putri, pebulutangkis asal Papua ini juga berpasangan dengan Jesica Moeljati asal klub Shamrock Medan pada nomor Ganda Dewasa Putri.
Pada Kamis (4/11/2021) malam, keduanya bertemu dengan pasangan “gado-gado” Fitriani/Susanto Yulia (Exist/Shamrock Medan). untuk memperebutkan satu tempat di perempat final. Sayang, langkah Gabriela/Jesica terhenti setelah bertarung rubber game 17-21, 21-19, 12-21.