Suara.com - Atlet panjat tebing peraih medali emas Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, Veddriq Leonardo dari Kalimantan Barat dan Widia Fujiyanti (Jawa Barat)) sama-sama mengeluhkan kondisi cuaca yang ekstrem, kadang panas, kadang hujan dalam sehari di Mimika.
"Panasnya sama sih kayak di Cibinong, Bogor. Cuma tidak seekstrem di sini (Mimika). Bentar panas, terus hujan," kata Widia saat ditemui di Arena Panjat Tebing SP2 Mimika, Selasa.
Meski bukan berjuluk 'Kota Hujan', arena Panjat Tebing SP2 Mimika juga sering turun hujan ketika sedang berlangsung pertandingan.
Widia mengatakan tiada kendala lain yang dirasakan selama berkompetisi dalam PON XX Papua selain cuaca.
Baca Juga: Cabor Panjat Tebing di PON XX Dijadikan Persiapan Olimpiade Paris 2024
"Jadi harus benar-benar jaga kondisi tubuh agar selalu sehat. Kalau yang lain sih, lancar-lancar saja ya. Enggak ada kendala," kata Widia.
Senada, menurut Veddriq, kondisi cuacalah penyebab dia bermasalah (trouble) saat start melawan atlet asal Sumedang, Jawa Barat Raharjati Nursyamsa di final nomor speed world record perorangan putra.
Padahal Veddriq sempat memecahkan rekor dunia untuk nomor tersebut.
"Karena kondisi lembab dan sedikit hujan. Jadi salah satunya karena itu faktornya kami sempat ada trouble kemarin," kata Veddriq.
Namun Veddriq menilai kendala cuaca itu wajar, karena memang menjadi tantangan umum yang dirasakan para atlet yang turun di setiap arena pertandingan panjat tebing nomor speed.
Baca Juga: Tim Basket Putri Jawa Tengah Gagal Menang di PON Papua, Nikita Shallom Berurai Air Mata
"Jadi memang tantangan di nomor speed seperti itu, kadang memang kami bisa memperoleh catatan waktu yang baik, tapi tidak selalu bisa kami keluarkan pada saat kompetisi. Karena memang kami itu harus beradaptasi di setiap venue yang pasti memiliki karakteristik masing-masing," kata Veddriq seperti dimuat Antara.