"Di SMP harus pilih sekolah apa bulu tangkis. Kita enggak tahu juga di bulu tangkis ini bakal bagaimana, berhasil apa enggak. Aku sama orang tua sudah mutusin untuk jalanin di bulu tangkis, jadi harus totalitas," kata Anthony.
Totalitas yang dimaksud Anthony, termasuk menjaga pola makan, istirahat dan fokus sepenuhnya kepada latihan, tidak setengah-setengah, dan yang paling penting adalah disiplin.
![Pebulutangkis tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting berhasil lolos ke babak kedua Toyota Thailand Open setelah menekuk wakil India, Sourabh Verma, Selasa (19/1/2021). [BWF/Badmintonphoto].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/01/19/80569-anthony-sinisuka-ginting-r32-toyota-thailand-open-4.jpg)
Dengan pencapaian tersebut, bukan berarti Anthony tidak pernah merasakan titik terendah secara profesional. Dia mengaku sebagai manusia biasa pernah merasakan jenuh pada profesinya itu, terlebih ketika harus menelan kekalahan saat pertandingan.
Putus asa saat usahanya tidak membuahkan hasil juga pernah dia rasakan. Namun ketika perasaan itu datang, kerja kerasnya saat meniti karier membuat dia kembali semangat dan mengalihkan fokusnya ke turnamen berikutnya.
Ketika rasa "down" melanda, Anthony punya resep tersendiri. Sederhana, rahasianya adalah makan makanan enak.
"Mencoba berpikir positif dan coba cara yang buat refresh otak... Simple sih, makan makanan enak sudah termasuk. Kalau turnamen di negara A, kalau saya habis kalah, ajak teman makan di luar sambil cari udara, lihat pemandangan sekitar sudah refresh juga," ujar Anthony.
Saat berkelliling dunia untuk mengikuti turnamen, dia menyebut Jepang sebagai negara yang paling dia senangi. Sayangnya pada Olimpiade Tokyo, para atlet tidak diziinkan keluar dari Kampung Atlet sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona.
Padahal, sebelum pandemi dia mengaku suka mencicipi segala macam makanan, dan Jepang menjadi favoritnya.
Jika punya resep untuk mengatasi perasaan "down," Anthony juga punya kunci untuk sukses di pertandingan. Dia sama sekali tidak membawa persoalan pribadi ke dalam lapangan.
Baca Juga: Raih Emas Paralimpiade Tokyo 2020 di Usia 46 Tahun, Hary Susanto Enggan Pikirkan Pensiun
"Belajar seprofesional mungkin," kata dia.