Sepekan Jelang Paralimpiade Tokyo, Kampung Atlet Kembali Dibuka

Syaiful Rachman Suara.Com
Selasa, 17 Agustus 2021 | 15:03 WIB
Sepekan Jelang Paralimpiade Tokyo, Kampung Atlet Kembali Dibuka
Seorang petugas keamanan menggunakan masker saat melintas di depan logo Paralimpiade Tokyo 2020 di Tokyo, Jepang, Senin (16/8/2021). ANTARA/REUTERS/Issei Kato
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kampung atlet Tokyo Games kembali dibuka, Selasa, sepekan sebelum dimulainya Paralimpiade ketika Jepang terus bergulat dengan lonjakan kasus COVID-19.

Penyambutan delegasi pertama Paralimpiade ke kampung seluas 44 hektar di distrik tepi laut Harumi Tokyo datang satu pekan setelah penyelenggara memutuskan untuk mengadakan pertandingan secara tertutup di semua arena sebagai tindakan pencegahan penyebaran virus.

Seperti halnya dengan para atlet Olimpiade, warga di kampung atlet akan diminta untuk menjalani tes COVID-19 setiap hari, memakai masker dan menjaga jarak fisik.

Namun, karena beberapa atlet Paralimpiade mungkin memiliki risiko lebih tinggi karena kondisi kesehatan yang mendasarinya, penyelenggara mengatakan, mereka akan fokus pada peningkatan keselamatan di kampung atlet untuk Paralimpiade.

Baca Juga: Makna HUT ke-76 RI Bagi Muhammad Fadli dan David Jacobs

Sama halnya dengan Olimpiade, dikutip dari Kyodo, tidak ada acara khusus untuk menyambut para delegasi saat memasuki kompleks berpagar.

Namun, acara tetap diadakan di Prefektur Shizuoka, yang akan menjadi tuan rumah balap bersepeda, menjelang dimulainya estafet obor Paralimpiade.

Selama estafet, api yang menyala di berbagai bagian negara dan di Stoke Mandeville Inggris -- tempat kelahiran gerakan Paralimpiade -- akan digabung menjadi satu. Acara Shizuoka adalah untuk menggabungkan api yang menyala di 35 kota di prefektur tersebut.

Sementara estafet dijadwalkan berlangsung di Tokyo dan tiga prefektur di mana arena Paralimpiade berada, semua segmen kecuali di dua kota di Shizuoka tidak digelar di jalan umum karena pandemi virus corona.

Tokyo berada dalam keadaan darurat COVID-19 sejak 12 Juli. Tokyo melaporkan kasus harian dalam beberapa pekan terakhir dengan jumlah hampir tiga kali lipat dari sebelum dimulainya Olimpiade pada 23 Juli.

Baca Juga: Sejarah Rumah Lengkong, Kisah Gugurnya Mayor Daan Mogot

Pemerintah Jepang akan memperluas keadaan darurat di luar Tokyo dan lima daerah lain di mana orang disarankan untuk tinggal di rumah. Kebijakan yang saat ini berlaku di ibu kota negara tersebut juga diperkirakan akan diperpanjang hingga akhir Agustus.

"Saya mengerti ada tantangan yang berbeda antara Paralimpiade dibandingkan dengan Olimpiade," kata CEO panitia penyelenggara, Toshihiro Muto.

"Kami akan melakukan upaya terbaik kami agar Paralimpiade tidak terinfeksi virus."

Seperti halnya Olimpiade, yang berakhir 8 Agustus, ada juga kekhawatiran atas dampak penyelenggaraan Paralimpiade, acara olahraga terbesar di dunia untuk atlet penyandang disabilitas, terhadap upaya Jepang untuk menahan lonjakan kasus COVID-19.

Ketua Komite Paralimpiade Internasional (IPC) Andrew Parsons dan perwakilan dari tiga badan penyelenggara Jepang, Senin, sepakat untuk menggelar pertandingan tanpa penonton di semua arena, yang terletak di Tokyo dan prefektur Chiba, Saitama dan Shizuoka.

Sebagai pengecualian, siswa sekolah yang mengambil bagian dalam program pendidikan yang didukung pemerintah akan diizinkan untuk menonton pertandingan secara langsung.

Presiden panitia penyelenggara, Seiko Hashimoto, "yakin" untuk menyelenggarakan Paralimpiade dengan aman dengan menerapkan langkah-langkah berdasarkan pengalaman yang diperoleh ketika menjadi tuan rumah Olimpiade.

Namun, penyelenggara tidak memiliki informasi tentang berapa banyak atlet Paralimpiade yang telah divaksinasi, menambahkan bahwa beberapa atlet memilih untuk tidak divaksinasi karena kondisi kesehatan mereka.

Di kampung atlet, para penghuni diharuskan membatasi masa tinggal mereka seminimal mungkin dengan check-in tujuh hari sebelum mereka bertanding dan meninggalkan tempat tersebut dalam dua hari setelah pertandingan mereka berakhir. Kampung atlet akan ditutup pada 8 September, tiga hari setelah upacara penutupan Paralimpiade.

Kampung atlet memiliki 21 bangunan tempat tinggal dengan sekitar 8.000 tempat tidur yang terbuat dari kardus dan memiliki berbagai fasilitas termasuk ruang makan, pusat kebugaran dan area rekreasi, juga klinik untuk tes PCR jika ada peserta yang diduga COVID-19.

Untuk membantu para atlet Paralimpiade, kampung atlet memiliki fasilitas di mana teknisi menyediakan layanan perbaikan dan perawatan untuk prostesis, kursi roda dan peralatan lainnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI